Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Produk Naik, Pendapatan Unilever Lampaui Proyeksi di Kuartal I/2023

Pendapatan Unilever tumbuh 10,5 persen menjadi 14,8 euro atau Rp240,5 triliun pada kuartal I/2023
Logo Unilever di kantor pusat Unilever NV di Rotterdam, Belanda, Kamis (11/5/2017)./Bloomberg-Jasper Juinen
Logo Unilever di kantor pusat Unilever NV di Rotterdam, Belanda, Kamis (11/5/2017)./Bloomberg-Jasper Juinen

Bisnis.com, JAKARTA – Produsen barang konsumer asal Eropa Unilever mencatatkan pendapatan di atas ekspektasi pada kuartal I/2023, meskipun menaikkan harga jual sebagian besar produknya.

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (27/4/2023), pendapatan Unilever tumbuh 10,5 persen menjadi 14,8 euro atau Rp240,5 triliun pada Januari-Maret 2023, jauh di atas ekspektasi analis yang memperkirakan pertumbuhan penjualan 7,6 persen.

Chief Executive Officer Unilever Alan Jope mengatakan bahwa perseroan tidak melihat adanya konsumen yang beralih ke produk yang lebih murah setelah Unilever menaikkan harga jual.

Perusahaan-perusahaan barang konsumer telah bergulat dengan lonjakan inflasi. Namun, banyak grup barang konsumen besar termasuk Nestle SA dan Procter & Gamble Co. berhasil melewati badai pada kuartal terakhir, dengan membukukan penjualan yang lebih baik dari perkiraan.

Analis Bernstein Bruno Monteyne mengatakan kinerja positif penjualan barang konsumer ini terjadi di seluruh wilayah dan kategori.

“Ada pesan yang konstan bahwa perusahaan-perusahaan barang konsumer dapat terus menaikkan harga, tanpa banyak berdampak pada volume penjualan," ujarnya.

Pertumbuhan penjualan di Danone, Coca-Cola Co. dan PepsiCo Inc. juga melampaui estimasi para analis.

Chief Financial Officer Unilever Graeme Pitkethly mengatakan bahwa kenaikan harga akan mulai berkurang dalam beberapa kuartal mendatang.

Volume penjualan dasar perusahaan turun 0,2 persen, jauh lebih kecil perkiraan penurunan dari analis sebesar 3,2 persen.

Pada bulan Juli 2023, CEO Royal FrieslandCampina Hein Schumacher akan menggantikan Jope dan akan berada di bawah tekanan untuk menghidupkan kembali merek-merek yang sedang kesulitan, meningkatkan kinerja operasional, dan menjual merek-merek yang tidak dapat berjalan dengan baik di bawah payung Unilever.

Analis produk konsumen Bloomberg Intelligence Deborah Aitken mengatakan CEO Unilever Alan Jope akan menyerahkan aset yang lebih sehat di bulan Juli kepada penggantinya Hein Schumacher, dengan kenaikan harga dua digit di kuartal pertama.

“Tanpa kehilangan volume di level grup, hal ini mengonfirmasi penguatan portofolio dan kemajuan pangsa pasar,” ungkap Aitken.

Perusahaan menegaskan kembali bahwa pertumbuhan pendapatan setahun penuh setidaknya harus berada di ujung atas dari kisaran perkiraan 3-5 persen.

Dengan inflasi biaya yang diperkirakan akan terus berlanjut, grup memperkirakan marjin operasional dasar akan naik tipis tahun ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper