Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sangat menyayangkan kinerja ekspor kuartal I/2023 yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pasalnya, kontribusi ekspor sangat positif terhadap pertumbuhan ekonomi nasional yang saat ini mengalami banyak tekanan.
Namun demikian, Wakil Ketua Kadin Koordinator Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta W. Kamdani tak terkejut dengan angka yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tersebut.
“Sejak akhir tahun lalu kami sudah wanti-wanti bahwa ekspor produk bernilai tambah atau ekspor produk manufaktur akan mengalami tekanan kontraksi demand yang signifikan sepanjang tahun ini karena kondisi monetary tightening dan risiko krisis ekonomi tinggi di pasar-pasar tujuan ekspor utama, khususnya AS dan Uni Eropa,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (17/4/2023).
Kadin mencatat, pemerintah selama beberapa bulan terakhir kian mempersulit impor bahan baku atau penolong, sehingga industri manufaktur berorientasi ekspor juga semakin tertekan dan tidak memiliki support system yang memadai untuk memaksimalkan kinerja.
Sementara itu, kontraksi di sisi ekspor komoditas seperti CPO juga dinilai wajar terjadi karena penurunan harga komoditas global sehingga memperlihatkan kontraksi ekspor secara tahunan."
Karena itu bila kontraksi ekspor secara yoy terjadi dalam beberapa bulan ke depan hingga Juli ya cukup wajar, khususnya bila harga komoditas di pasar global terus menurun ke level pra-konflik dan pra-pandemi, bila volume ekspor kita juga tidak ditingkatkan secara signifikan atau bila kita tidak bisa menciptakan diversifikasi pasar yang baik untuk memaksimalkan demand ekspor global yang masih ada,” jelasnya.
Baca Juga
Oleh karena itu kedepannya, pemerintah dinilai perlu memfasilitasi semua upaya diversifikasi pasar tujuan ekspor, khususnya ke pasar-pasar non-tradisional dari segi pembiayaan ekspor dan penetrasi pasar, serta merelaksasi restriksi terhadap impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal agar sektor manufaktur nasional bisa lebih maksimal menciptakan produktivitas ekspor.
Kemudian di sisi komoditas, perlu dipastikan juga bahwa volume export harus dimaksimalkan.