Bisnis.com, SURABAYA — Pemerintah resmi mencabut proyek gasifikasi batu bara menjadi metanol yang dikerjakan konsorsium Bakrie Group dari daftar proyek strategis nasional. Hal itu menyusul mitra utama mereka, Air Products & Chemical Inc. memilih untuk menarik seluruh komitmen investasi pada program penghiliran batu bara di Tanah Air pada awal tahun ini.
Keputusan pencabutan status proyek strategis nasional (PSN) diambil setelah pemerintah menerima surat permohonan terminasi proyek dari PT Bakrie Capital Indonesia yang sebelumnya bersama PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), PT Ithaca Resources, dan Air Products membentuk usaha patungan penghiliran batu bara, PT Air Products East Kalimantan (PT APEK).
Usaha patungan itu bersama dengan PT Kaltim Prima Coal (KPC) berkomitmen untuk membangun industri metanol senilai Rp33 triliun lewat penghiliran batu bara di Batuta Industrial Chemical Park, Bengalon, Kutai Timur, Kalimantan Timur.
“Ya, sudah dikeluarkan dari PSN, dari PT Bakrie Capital Indonesia sendiri yang menyatakan itu karena feasibility study-nya tidak ketemu keekonomiannya,” kata Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat ditemui di Waingapu, Rabu (12/4/2023) malam.
Lewat surat terminasi proyek itu, Moeldoko melihat proyek penghiliran batu bara menjadi metanol yang dikerjakan PT APEK tidak ekonomis untuk dilakukan saat ini. Berdasarkan kajian yang dilakukan, investasi yang mesti disiapkan untuk melakukan penghiliran batu bara itu masih relatif besar. Di sisi lain, Indonesia belum menguasai teknologi coal to methanol tersebut.
Dia menggarisbawahi, lewat surat terminasi itu PT Bakrie Capital Indonesia meminta agar proyek itu tidak lagi dilanjutkan bersama dengan mitra mereka. Dengan demikian, pemerintah memutuskan untuk mencabut proyek itu dari PSN awal tahun ini.
Baca Juga
“PT Bakrie Capital Indonesia telah mengeluarkan surat terminasi untuk tidak melanjutkan proyek itu kepada rekanannya,” tuturnya.
Selain proyek coal to methanol yang dikerjakan PT APEK, pemerintah turut mencabut dua proyek lain dari daftar PSN di antaranya pembangunan Pelabuhan Internasional Hub Bitung dan Ambon New Port. Kedua proyek pelabuhan yang disebut di akhir itu dinilai tidak layak untuk dikembangkan lebih lanjut dari sisi investasi serta kerja sama dengan badan usaha swasta.
“Memang kita punya tugas untuk memelototi itu, kita petakan sangat detail perkembangannya day by day, kita laporkan langsung ke presiden,” tuturnya.
Sebelumnya, Kementerian ESDM memastikan Air Products & Chemical Inc hengkang dari dua proyek gasifikasi batu bara dalam negeri yang dikembangkan masing-masing oleh PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan anak usaha PT Bumi Resources Tbk. (BUMI), PT Kaltim Prima Coal (KPC).
Kendati demikian, Pelaksana Harian Direktur Jenderal Mineral dan Batu Bara Kementerian ESDM Muhammad Idris Froyoto Sihite mengatakan, sejumlah investor asal China disebutkan tertarik untuk mengisi kekosongan investasi hilir batu bara yang ditinggalkan perusahaan asal Amerika Serikat tersebut.
“Beberapa sudah mulai jalan [hilirisasi batu bara], kemarin ada perusahaan China sudah datang,” kata Idris saat ditemui di Kementerian ESDM, Jakarta, Kamis (9/3/2023).
Adapun, BUMI dalam pernyataan sebelumnya memastikan bahwa perseroan tengah merampungkan kerja sama baru dengan mitra pengganti APCI untuk percepatan proyek hilirisasi batu bara menjadi metanol tahun ini.
“Kita tengah memfinalkan rencana pengembangan dengan mitra lain,” kata Direktur BUMI Dileep Srivastava saat dihubungi, Rabu (15/3/2023).
PT APEK yang bergerak dalam bidang usaha industri gasifikasi batu bara menjadi metanol, memiliki rencana investasi sebesar Rp33 triliun dan target kapasitas produksi sebesar 1,8 juta ton metanol per tahun. Proyek hilirisasi ini awalnya ditargetkan rampung pada 2025 mendatang.
Hanya saja, lini masa hilirisasi batu bara afiliasi konglemerat Bakrie dan Salim itu dipastikan molor selepas dicabutnya status PSN awal tahun ini.