Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sektor Tambang Moncer, Produksi Alat Berat Bakal Torehkan Rekor Tertinggi

Sepanjang kuartal I/2023, produksi alat berat mencapai angka 2.176 unit, lebih banyak 63 unit dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 2.113 unit.
Alat berat membersihkan area penimbunan batu bara./ Bloomberg - Nicolo Filippo Rosso
Alat berat membersihkan area penimbunan batu bara./ Bloomberg - Nicolo Filippo Rosso

Bisnis.com, JAKARTA –  Kinerja industri alat berat Tanah Air diproyeksikan bakal mengkilap pada tahun ini seiring moncernya sektor pertambangan. 

Sepanjang kuartal I/2023, produksi alat berat mencapai angka 2.176 unit, lebih banyak 63 unit dari periode yang sama tahun lalu sebanyak 2.113 unit.  Hingga akhir tahun ini, produksi alat berat dalam negeri bisa menembus kisaran 10.000 unit, asalkan tren sektor pertambangan terus melaju.

Ketua Umum Himpunan Industri Alat Berat Indonesia (Hinabi) Jamaludin mengatakan pihaknya menargetkan produksi alat berat tahun ini akan mencapai kapasitas maksimal sebanyak 10.000 unit.

“Tahun 2023 Insya Allah masih cukup tinggi, Hinabi mencanangkan 10.000 unit, ini maksimal kapasitas,” kata Jamaludin kepada Bisnis pada Kamis (13/4/2023). 

Terlebih tahun ini, menurut Jamaludin, produksi alat berat tidak terpengaruh oleh harga material yang melambung tinggi seperti tahun lalu. Dengan demikian, pihaknya optimistis bisa mencapai produksi hingga 10.000 unit.

“Tahun lalu tidak tercapai karena terkendala material, tahun ini Insya Allah bisa tercapai,” tambahnya.

Di sisi lain, proyek besar seperti pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN belum memberikan dampak signifikan bagi produksi alat berat dalam negeri. Padahal, proyek IKN yang menggarap lahan kosong selayaknya menciptakan permintaan potensial.

“IKN tidak terlalu signifikan ya,” kata Jamaludin.

Dia mengungkapkan jika pada tahun ini target produksi tercapai, maka torehan tersebut merupakan volume produksi tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah. Pasalnya, volume produksi tertinggi sejauh ini tercapai pada kisaran 7.947 unit yang terjadi pada 2011 lalu seiring sentimen melambungnya harga komoditas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Widya Islamiati
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper