Bisnis.com, JAKARTA - Ben Simpfendorfer, partner di konsultan Oliver Wyman yang berbasis di Hong Kong mengatakan bahwa kini perusahaan beralih dari strategi berbasis biaya ke strategi berbasis ketahanan.
Melansir dari Bloomberg (11/4/2023), Simpfendorfer mengatakan bahwa maksud ketahanan tersebut berarti relokasi serta menambah satu atau lebih pabrik di negara lain.
Baru-baru ini, pembuat suku cadang mobil China menghadapi tekanan yang besar dari pelanggan luar negeri. Mereka didorong untuk mendirikan pabrik di luar negeri lantaran meningkatnya ketegangan dalam perdagangan dan waspada karena terlalu mengandalkan China.
Bukan hanya itu, menurut sejumlah pemasok yang diwawancarai oleh Bloomberg News, pembuat mobil Eropa dan tempat lain membuat tawaran langsung ke produsen, mendesak untuk mendirikan pabrik di tempat seperti Vietnam dan Indonesia.
Menghadapi situasi ini, pergeseran dapat menjadi ancaman terhadap status China sebagai pabrik dunia. Selain itu, akan ada tantangan untuk mendapatkan kembali kepercayaan bisnis global di tengah ketidakpastian pemerintahan China.
Salah satu contohnya adalah Sunrise Elc Technology Co. dari China. Perusahaan tersebut memasok komponen listrik ke pembuat suku cadang mobil Jerman Robert Bosch GmbH dan Panasonic Holdings Corp. dari Jepang, telah mendirikan pabrik di Vietnam dan mencari lokasi di Eropa dan Amerika Serikat.
Baca Juga
Minth Group Ltd., yang membuat komponen bodi struktural untuk mobil bersama dengan komponen dekoratif dan trim interior, pada tahun lalu menandatangani perjanjian dengan Renault SA untuk mendirikan usaha patungan dalam membuat kotak baterai di sebuah pabrik di Ruitz, Prancis dan memulai pabrik di Polandia yang akan beroperasi dengan Sanhua Holding Group Co.
Perjanjian ini nantinya akan menambah pabrik di Thailand, Jerman, Serbia, Republik Ceko, Inggris, Meksiko, dan AS.
Selain pembuat suku cadang mobil, Apple Inc dan pemasoknya, grup teknologi Foxconn, GoerTek Inc. yang membuat AirPods melakukan pemindahan produksi hingga membangun pabrik baru di negara lain seperti India dan Vietnam.
Menyambung situasi ini, Kamar Dagang Amerika di China menunjukkan bahwa untuk pertama kalinya dalam sekitar 25 tahun, China bukan prioritas investasi tiga teratas untuk sebagian besar perusahaan AS.
Kamar Dagang Eropa di China juga mengatakan bahwa beberapa anggotanya, pemasok dan mitra mereka telah mulai melakukan investasi di pasar lain karena mereka berupaya membangun ketahanan rantai pasokan.
Survei yang dilakukan oleh Kamar Dagang Eropa di tahun lalu bahkan menunjukan bahwa sebanyak 23 persen responden sedang mempertimbangkan untuk mengalihkan investasi mereka saat ini atau yang direncanakan keluar dari China. Sebagai catatan, nilai tersebut merupakan rekor tertinggi.
Kemudian, Survei Kamar Dagang Amerika di China juga menunjukkan bahwa lima tantangan bisnis teratas pada tahun 2023 meliputi meningkatkan ketegangan dalam hubungan AS-China, langkah pencegahan Covid, penafsiran peraturan yang tidak konsisten dan hukum yang tidak jelas, meningkatnya biaya tenaga kerja dan risiko kepatuhan terhadap peraturan.