Bisnis.com, KEDIRI - Inflasi menjadi momok bagi negara-negara dunia, termasuk Indonesia, karena dapat mengganggu upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19.
Inflasi yang tinggi menggerus pendapatan masyarakat, terutama mereka yang berpendapatan tetap, yang dampaknya dapat mengurangi tingkat daya beli masyarakat. Dampak berikutnya, daya beli yang turun mengakibatkan ekonomi melesu.
Untuk meredam inflasi yang tinggi, tool-nya a.l menaikkan tingkat suku bunga acuan untuk mengerem konsumsi agar ekonomi tidak semakin memanas. Dengan tingkat bunga yang naik, maka otomatis akan mengganggu investasi karena investor menilai saat suku bunga yang tinggi tidak kondusif untuk melakukan investasi karena biaya menjadi lebih tinggi.
Karena itulah, upaya preventif mencegah inflasi mutlak harus dilakukan. Caranya a.l dengan memperkuat dari sisi pasokan. Pasokan komoditas pangan yang kuat menjadi upaya menjaga daya imun menghadapi inflasi.
Menjaga inflasi terjaga rendah di Kota Kediri dan Madiun, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Moch. Choirur Rofiq, mempunyai strategi khusus, yakni melakukan kegiatan atau program yang merupakan upaya untuk memperkuat pengendalian inflasi nasional sebagai tindak lanjut Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) sebelumnya.
Selain memperkuat sinergi, inovasi, dan komitmen bersama Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah (TPIP dan TPID), serta memperkuat upaya dan aksi nyata dalam stabilisasi harga pangan, program pengendalian inflasi dilakukan berlandaskan kerangka 4K, yakni keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi efektif sehingga turut mendukung ketahanan pangan nasional, daya beli, dan pemulihan ekonomi nasional.
“Penguatan sinergi dan inovasi TPID dalam GNPIP telah berhasil mengendalikan tekanan inflasi pangan pada 2022 dan diharapkan semakin optimal pada 2023,” katanya pada Kick Off GNPIP di Ngawi, Rabu (15/3/2023).
Foto: Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Moch. Choirur Rofiq (kiri), bersama Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono (tengah), dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Dydik Rudy Prasetya (kanan) menumbuk lesung tanda Kick Off GNPIP di Ngawi, Rabu (15/3/2023).
Pertanian Ramah Lingkungan
Implementasi pertanian ramah lingkungan terus digencarkan di Kab. Ngawi. Dukungan Pemerintah Kabupaten Ngawi serta sinergi dengan berbagai pihak melalui wadah TPID terus diperkuat antara lain lewat promosi dan fasilitasi pertanian ramah lingkungan, pertanian padi a.l dengan memanfaatkan pupuk organik sehingga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia.
Kab. Ngawi yang merupakan sentra padi terbesar di Jawa Timur dengan produksi mencapai 818.620 ton GKG perlu dijaga potensi dan keberlangsungannya. Dengan potensi sebesar itu, maka usaha tani tersebut harus dijaga dan ditingkatkan produktivitasnya, dengan menjaga tingkat kesuburan tanah agar kualitas dan kuantitas produksi pertanian di Ngawi terjaga.
Caranya, mengenalkan proses produksi padi dengan menerapkan pola yang ramah lingkungan, yakni menggunakan pupuk organik.
Konsep pertanian ramah lingkungan, ujar Choirur, diyakini dapat memberikan hasil produksi yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pertanian yang menggunakan pupuk kimia.
Sinyalemen itu dibenarkan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Dydik Rudy Prasetya. Dia menegaskan penggunaan pupuk organik menjadi suatu keniscayaan saat harga pupuk kimia non-subsidi yang tinggi.
Penggunaan pupuk organik juga tidak bisa dihindari terkait dengan pasokan subsidi yang tidak memenuhi kebutuhan petani. Untuk pupuk urea, pasokan pupuk subsidi memang sudah mendekati ideal, yakni 92 persen, namun untuk NPK hanya 58 persen.
Perluasan pertanian ramah lingkungan dan pemanfaatan pupuk organik selain dapat meningkatkan produktivitas dan menjaga kesuburan tanah, kata Choirur, juga penting untuk meningkatkan kemandirian petani agar tidak tergantung pada penggunaan pupuk kimia.
Terkait GNPIP, ujar Choirur, BI Kediri mempunyai strategi program utama, diantaranya perluasan empat kerja sama antar daerah (KAD), yakni pengiriman padi organik dari Ngawi ke Kediri oleh Organikmat Ngompro ke Gapoktan Tawang Jaya Mulya Abadi.
Juga, pengiriman bibit bawang merah dari Nganjuk ke Kulon progo, D.I. Yogyakarta oleh Asosiasi Penangkaran Benih Bawang Merah ke Kelompok Tani Sido Makmur, serta pemanfaatan kompos kandang untuk mendorong pertanian ramah lingkungan dari Blitar ke Ngawi dan Nganjuk oleh Koperasi Ben Giat Tani ke Gapoktan Sri Mulyo Rahayu dan Gapoktan Karya Abadi.
“BI Kediri juga menyerahkan bantuan sarana dan prasarana pengelolaan Lumbung Pangan Digital dan alsintan kepada Gapoktan Sumber Tani, Desa Jatirejo, Ngawi dan Gapoktan Sri Mulyo Rahayu, Desa Guyung, Ngawi,” ujarnya.
Dia meyakinkan, sinergi GNPIP akan terus dilakukan untuk mengoptimalkan langkah-langkah pengendalian inflasi di daerah, baik dari sisi pasokan maupun produksi mendukung ketahanan pangan nasional, daya beli, serta pemulihan ekonomi nasional.
Foto: Kepala Perwakilan Bank Indonesia Kediri, Moch. Choirur Rofiq (tengah) menjelaskan cara kerja Lumbung Pangan Digital kepada Forkopimda Kab. Ngawi dan dan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur, Dydik Rudy Prasetya pada Kick Off GNPIP di Ngawi, Rabu (15/3/2023).
Kerja sama BI Kediri dan TPID, diapresiasi Bupati Ngawi, Ony Anwar Harsono. Menurut dia, sinergi dan koordinasi yang solid dari TPIP dan TPID Ngawi untuk menjaga ketahanan pangan, tidak hanya di Ngawi, tapi juga memasok kebutuhan pangan nasional sangat penting.
Menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadhan dan Idul Fitri 1444H, kata dia, TPID Ngawi memiliki komitmen untuk melanjutkan gelaran operasi pasar murah agar harga pangan strategis tetap terjangkau.
Selain itu, dia meyakinkan, TPID Ngawi terus mendorong dan memperluas implementasi pertanian ramah lingkungan melalui pemanfaatan pupuk organik, serta memiliki kepedulian tinggi untuk mencetak generasi baru petani dalam program unggulan Duta Petani Millenial.
Dydik Rudy Prasetya mengajak seluruh komponen TPID Jawa Timur untuk bekerja sama mengoptimalkan implementasi GNPIP guna mengendalikan inflasi pangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi menuju Jatim Bangkit.
Strategi lain dari BI Kediri untuk memperkuat ketahanan pangan, kata Choirur, implementasi Lumbung Pangan Digital. Cara sistem ini, yakni stok lumbung pangan ini nantinya dapat dilepas ke pasar oleh Pemerintah Kabupaten pada waktu tertentu melalui operasi pasar murah dalam rangka intervensi serta pengendalian inflasi ketika terjadi kenaikan harga.
Lumbung Pangan Digital, kata dia, dapat diakses melalui aplikasi web-based LumbungPangan.id. Aplikasi ini mencantumkan informasi tentang stok gabah yang tersimpan, kapasitas lumbung, data keluar-masuk gabah secara bulanan, simpanan gabah setiap wilayah dan setiap petani.
Implementasi lumbung pangan digital akan terus dievaluasi dan ditingkatkan kedepannya. Pada tahap awal, program lumbung pangan digital baru dilakukan Ngawi, bisa saja dikembangkan ke daerah lain di wilayah kerja BI Kediri,” ujarnya.
Lewat kerja sinergitas dari berbagai stakeholders lewat berbagai program unggulan, maka diharapkan ketahanan pangan di wilayah kerja BI Kediri betul-betul dapat direalisasikan.
Dampak positif dari sinergitas tersebut, yakni kesejahteraan petani meningkat, harga pangan stabil dan terjangkau, keberlangsungan usaha tani dapat dijaga dengan menerapkan pertanian ramah lingkungan, serta usaha pertanian menjadi lebih kompetitif dan menguntungkan.