Bisnis.com, JAKARTA - Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan telah terjadi pergerakan awan panas dari Gunung Merapi.
Dilansir dari media sosial BPPTKG pada Senin (13/3/2023), guguran awan panas terjadi pada pukul 11.26 WIB dengan jarak luncur 1.500 meter yang mengarah ke Barat Daya atau ke arah Kali Bebeng.
"Halo Warga Merapi Info: Terjadi awan panas guguran pukul 11.26 WIB dengan jarak luncur 1.500 m ke arah barat daya [Kali Bebeng]," tulis BPPTKG melalui akun Twitter resminya, Senin (13/3/2023).
Dalam unggahannya, BPPTKG juga menyampaikan hasil survei pantauan udara oleh Badan Geologi Pascakejadian Awan Panas Guguran yang terjadi pada 11 Maret dan 12 Maret.
Sejak Sabtu (11/3/2023) hingga Senin (13/3/2023), tercatat telah terjadi 60 awan panas guguran di Gunung Merapi yang mengarah ke Kali Bebeng.
Ujung luncuran awan panas guguran teramati di sisi barat daya di alur Kali Bebeng. Berdasarkan pantauan foto udara menggunakan drone, jarak luncur awan panas guguran kali ini mencapi 3,7 km dari puncak Gunung Merapi.
Baca Juga
Sementara itu, lontaran material vulkanik jika terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius 3 km dari puncak.
Dengan rangkaian awan panas guguran tersebut, status Gunung Merapi masih berada di tingkat Siaga. Potensi bahaya saat ini berupa guguran lava dan awan panas guguran pada Kali Woro sejauh 3 km dari puncak, Kali Gendol sejauh 5 km dari puncak, Kali Boyong sejauh 5 km dari puncak, Kali Bedog, Krasak, Bebeng sejauh 7 km dari puncak.
"Seiring dengan musim hujan yang masih terjadi di DIY dan Jateng, maka BPPTKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di puncak," imbau BPPTKG.