Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja penjualan eceran diperkirakan melambat pada kuartal I/2023 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Berdasarkan Survei Penjualan Eceran Bank Indonesia (BI), indeks penjualan eceran kuartal I/2023 diperkirakan tumbuh sebesar 1,0 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), melambat dibandingkan kuartal sebelumnya sebesar 1,9 persen yoy.
Pertumbuhan penjualan eceran pada kuartal pertama 2023 ditopang oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau, serta subkelompok sandang yang masing-masing tumbuh sebesar 3,2 persen yoy dan 9,0 persen yoy.
Sementara itu, kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya tercatat mengalami perbaikan meski masih berada dalam fase kontraksi, diantaranya kelompok perlengkapan rumah tangga lainnya yang terkontraksi -9,9 persen yoy, suku cadang dan aksesori -5,8 persen yoy, dan peralatan informasi dan komunikasi -5,3 persen yoy.
Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menyampaikan bahwa secara historis, kinerja penjualan eceran pada kuartal I/2023 cenderung melambat dari kuartal sebelumnya, sejalan dengan permintaan yang melandai setelah Natal dan tahun baru.
Dampak dari momentum Ramadan dan Idulfitri tahun ini pun baru akan terlihat signifikan pada kuartal kedua 2023.
“Ramadan terjadi di minggu terakhir kuartal I, sebagian besar mungkin terealisasinya di kuartal II. Secara keseluruhan dampak Ramadan signifikan, tapi dampaknya tidak terealisasi penuh di kuartal I,” katanya, Kamis (9/3/2023).
Baca Juga
Menurutnya, perlambatan penjualan eceran juga dipengaruhi oleh daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih akibat tekanan inflasi yang masih tinggi di awal tahun.
“Data inflasi terakhir terjadi peningkatan lagi, jadi salah satu yang perlu diperhatikan pemerintah adalah untuk secara konsisten menurunkan inflasi kembali ke tingkat di bawah 4 persen,” imbuhnya.
Senada, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet mengatakan bahwa tantangan untuk mendongkrak penjualan eceran terutama di kuartal I/2023 adalah menjaga level inflasi berada pada kondisi yang tidak terlalu tinggi.
Apalagi, tekanan inflasi cenderung meningkat pada periode Ramadan dan Idulfitri.
“Hal ini perlu diantisipasi oleh pemerintah agar tingkat kenaikannya tidak terjadi sangat signifikan sehingga daya beli kelompok masyarakat di segala kelas pendapatan itu bisa terjaga,” ujarnya.