Bisnis.com, BANYUWANGI — Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) meminta agar PT Industri Kereta Api (Inka) mengutamakan kualitas dan daya tahan kereta yang akan diproduksi dan dipesan oleh PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI.
Wakil Menteri II BUMN Kartika Wirjoatmodjo menilai Inka harus mampu membuktikan daya tahan atau durabilitas dari kereta produksinya.
Setidaknya, kata Tiko, kereta produksi Inka untuk KAI harus menyamai kereta yang telah digunakan dari Jepang dan negara lainnya.
Dia menekankan, hanya waktu yang bisa membuktikan apakah kereta INKA ini mampu memiliki masa pakai hingga 20 tahun lebih.
"Kami mengingatkan jajaran Inka. Kami melihat staf Inka yang milenial, PR INKA terbesar adalah dari sisi realibilitas dan kualitas. Bagaimana berbagai order yang diberikan oleh KAI ini bisa benar benar dikirimkan dengan tinggi dari sisi waktu,spesifikasi, kualitas, dan harus mampu membuktikan daya tahan dari kereta produksi menyamai yang digunakan dari Jepang dan lainnya," ujarnya dalam sambutan penandatanganan kontrak pengadaan kereta di Banyuwangi, Kamis (9/3/2023).
Tiko cukup optimistis perkeretaapian merupakan katalis utama yang bisa memacu pertumbuhan industri manufaktur karena tingkat permintaan yang cukup tinggi.
"Sehingga kebutuhan besar INKA bisa menyesuaikan sesuai size , kapasitasnya, kualitasnya, dan teknologinya. INKA bisa menyervis kebutuhan KAI saja ini sudah menjadi lompatan teknologi dan kapasitas produksi KA di Indonesia
Dengan Inka mulai menjangkau pasar global, Bangladesh, Filipina, Thailand, Singapura hingga New Zealand, Tiko menilai hal tersebut menunjukkan dalam pertumbuhannya selama ini Inka mampu bersaing dengan peningkatan kualitas yang diakui oleh negara-negara di luar Indonesia.
Saat ini, paparnya, Kementerian BUMN tengah menyelesaikan dua proyek kereta api yang besar. Pertama untuk penyelesaian LRT Jabodebek dan Kereta Cepat Jakarta Bandung.
Dia melihat transportasi publik antarkota dan transportasi antarperkotaan yang masif dan mumpuni akan menjadi transportasi masa depan di Indonesia.
Menurutnya, hampir sebagian besar negara maju seperti China dan Jepang, mobilitas masyarakat akan tergantung perkeretaapian.
Apalagi, tekannya, Indonesia akan mengalami tantangan dari sisi penggunaan Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berlebihan sehingga menimbulkan subsidi besar dan persoalan kemacetan.
Tanpa adanya pengalihan transportasi publik, dia meyakini Indonesia akan mengalami stagnasi dari sisi pertumbuhan ekonomi di perkotaan.
"Oleh karena itu KAI dan Inka menjadi katalis utama untuk bisa mendeliver produk layanan yang bisa memenuhi kebutuhan masyarakat di masa sekarang dan pada masa datang.
Inka bersama dengan PT Kereta Commuter Indonesia dan PT Kereta Api Indonesia menandatangani tiga paket pengadaan kereta.
Pertama, Kontrak pengadaan 16 trainset KRL baru antara INKA dan KCI dengan nilai Rp3,8 triliun dipenuhi pada 2025.
Kedua, kontrak pengadaan 612 Unit Kereta SS New Generation untuk program Replacement Tahun 2023-2026 antara INKA dan PT KAI senilai Rp5,5 triliun.
Terakhir Kontrak Pengadaan 10 Car Kereta Luxury 26 seat untuk KA Argo Lawu, KA Argo Dwipangga, KA Taksaka dan 1 Car Cadangan Perawatan 2023-2024 antara INKA dan PT KAI senilai Rp 5,9 triliun.