Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menyampaikan bahwa tantangan global, seperti dampak dari perang Ukraina-Rusia, serta kerawanan energi dan pangan menuntut respons berupa kebijakan yang lebih inovatif.
Hal ini disampaikannya dalam Kuliah Umum ‘Inovasi Kebijakan Publik bagi Ketahanan Ekonomi Indonesia’ di Al Qasimia University (AQU), Uni Emirat Arab (UEA), Rabu (8/3/2023).
Inovasi BI, di antaranya pada kebijakan moneter dan sistem pembayaran yang diarahkan untuk dapat memperkuat ketahanan ekonomi. Implementasinya, dilakukan melalui inovasi kebijakan moneter yang ditargetkan untuk stabilitas.
“Sejalan dengan itu, inovasi kebijakan sistem pembayaran untuk pertumbuhan diwujudkan melalui digitalisasi dalam inovasi pembayaran, seperti QRIS, fast payment, Local Currency Transaction, Standar Nasional Open API, serta pengembangan Rupiah Digital,” katanya, dikutip melalui keterangan resmi, Rabu (8/3/2023).
Perry menyampaikan, pemulihan ekonomi Indonesia terus berlangsung dengan fundamental ekonomi yang kuat dan akselerasi digital yang tinggi.
Fundamental ini tercermin dari prospek pertumbuhan ekonomi yang baik, terkendalinya inflasi, defisit neraca perdagangan yang terkelola, dan intermediasi perbankan yang berkembang.
Baca Juga
Sejalan dengan itu, perkembangan digital ekonomi baik pada perdagangan online, uang elektronik, dan perbankan digital tumbuh signifikan, turut dipacu oleh QRIS, digital banking, SNAP dan BI-FAST. Asean Cross Border Connectivity dan Local Currency Transaction juga telah mempermudah transaksi ekonomi lintas negara.
Perry juga memaparkan bauran kebijakan nasional BI yang terdiri atas lima respons, yaitu koordinasi moneter-fiskal, akselerasi transformasi keuangan, akselerasi sektor riil, digitalisasi ekonomi keuangan, dan ekonomi inklusif-hijau.
Untuk mendukung potensi ekonomi Indonesia, imbuhnya, diperlukan reformasi struktural, yang dapat diwujudkan melalui hilirisasi SDA sehingga mendorong ekosistem industri yang bernilai tambah, misalnya melalui pemanfaatan nikel Indonesia menjadi baterai mobil listrik di masa depan.
Dia juga menyampaikan tiga kunci ketahanan ekonomi suatu bangsa, yaitu ketahanan energi, pangan, dan digitalisasi.
Dalam ketahanan energi diperlukan pengembangan energi hijau, sementara ketahanan pangan dapat didorong dengan urban farming, dan digitalisasi yang diperlukan inovasi yang secara terus menerus.