Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan Federal Reserve kemungkinan akan menaikkan suku bunga lebih tinggi lebih cepat dari yang diantisipasi sebelumnya. Hal ini seiring dengan angka inflasi dan postur agresif yang tak terduga menyusul langkah penurunan bulan lalu dalam laju kenaikan.
Mengutip Bloomberg, Rabu (8/3/2023), pernyataan yang disampaikan di hadapan Kongres pada hari Selasa, membuka pintu untuk menaikkan suku bunga pinjaman acuan Fed sebesar setengah poin persentase pada pertemuan berikutnya jika laporan pekerjaan dan harga yang akan datang menunjukkan kenaikan suku bunga tidak banyak membantu mendinginkan perekonomian.
"Data ekonomi terbaru datang lebih kuat dari yang diharapkan, yang menunjukkan bahwa tingkat suku bunga akhir kemungkinan akan lebih tinggi dari yang diantisipasi sebelumnya," kata Powell dalam kesaksian di hadapan Komite Perbankan Senat. "Jika total data menunjukkan bahwa pengetatan yang lebih cepat diperlukan, kami akan siap untuk meningkatkan laju kenaikan suku bunga."
Adapun saat ini imbal hasil obligasi jangka pendek melonjak, saham jatuh, dan dolar memperpanjang kenaikan. Pedagang bertaruh Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga setengah poin pada pertemuan berikutnya akhir bulan ini.
Inflasi telah mereda sejak terakhir kali Powell bersaksi di depan Kongres. Sebagaimana diketahui Indeks pengeluaran konsumsi pribadi, pengukur harga pilihan Fed, naik 5,4 persen selama 12 bulan hingga Januari 2023.
"Luasnya pembalikan bersama dengan revisi kuartal sebelumnya menunjukkan bahwa tekanan inflasi berjalan lebih tinggi dari yang diharapkan pada saat pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal kami sebelumnya," kata Powell.
Baca Juga
Pasar tenaga kerja, yang selama berbulan-bulan dikatakan Powell sangat ketat dan tidak seimbang, masih berada di bawah tekana biaya pinjaman yang tinggi. Sementara itu, tingkat pengangguran turun menjadi 3,4 persen pada Januari, terendah dalam lebih dari lima dekade, sementara pengangguran kulit hitam turun menjadi 5,4 persen, tepat di atas rekor terendah.
“Meskipun terjadi perlambatan pertumbuhan, pasar tenaga kerja masih sangat ketat," katanya.