Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Moody's Analytics: Tekan Kesenjangan Gender Tingkatkan Ekonomi Global hingga US$7 Triliun

Hasil studi Moody's Analytics menunjukkan adanya korelasi keguian ekonomi karena kurangnya partisipasi perempuan.
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange. Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi setelah reli saham-saham teknologi, Selasa (1/9/2020)./Bloomberg
Aktivitas perdagangan saham di New York Stock Exchange. Wall Street kembali mencetak rekor tertinggi setelah reli saham-saham teknologi, Selasa (1/9/2020)./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA — Upaya pengurangan kesenjangan gender dalam partisipasi angkatan kerja maupun manajemen perusahaan berpotensi meningkatkan aktivitas ekonomi global hingga US$7 triliun. Nilainya bisa lebih besar jika kesenjangan berkurang di negara-negara berkembang dalam skala besar.

Hal itu tercantum dalam laporan Moody's Analytics bertajuk Close the Gender Gap to Unlock Productivity Gains. Hasil studi menunjukkan bahwa terdapat kerugian ekonomi di tingkat individu dan makro dari kurangnya partisipasi perempuan dalam angkatan kerja.

Pencapaian kesetaraan gender sendiri merupakan salah satu tujuan dari Sustainable Development Goals (SDGs), yang disepakati seluruh anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk bisa tercapai pada 2030. Namun, berdasarkan Global Gender Gap Index, kesetaraan gender di sisi ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan politik mungkin baru bisa tercapai dalam 132 tahun.

Moody's Analytics mengerucutkan analisisnya terhadap kesetaraan gender dalam aktivitas ekonomi. Kesenjangan yang ada salah satunya mencerminkan ketidaksesuaian kemampuan (skill mismatch) antara perempuan dengan lapangan pekerjaan, yang bermuara kepada masalah akses perempuan terhadap pendidikan.

Manfaat pengurangan kesenjangan gender dalam ekonomi dapat diukur dengan pemilahan potensi output menjadi potensi lapangan kerja dan tenaga kerja. 

Peningkatan lapangan kerja potensial dikalibrasi sebagai persentase dari peningkatan jumlah angkatan kerja di seluruh negara anggota The Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), jika partisipasi perempuan usia 25—64 tahun setara dengan partisipasi laki-laki di rentang usia yang sama.

"Ini saja akan meningkatkan output potensial di OECD hampir 10 persen dan output global sebesar 6,2 persen," dikutip dari laporan Moody's Analytics pada Selasa (7/3/2023).

Apabila kesenjangan itu dapat tertutup, aktivitas ekonomi global berpotensi meningkat hingga 7 persen atau setara dengan US$7 triliun dalam perhitungan saat ini. Menurut riset Moody's Analytics, angkanya akan lebih besar lagi jika kesenjangan bisa berkurang di negara-negara berkembang skala besar, seperti India.

Kesenjangan gender yang bervariasi masih terlihat di sejumlah sektor ekonomi, terlebih di sektor-sektor yang selama ini didominasi oleh laki-laki, seperti pertambangan dan konstruksi.

Persentase pemimpin perempuan berdasarkan sektor pekerjaan di negara-negara G20

Pekerjaan Persentase
Kesehatan dan Sosial 67,1
Pendidikan 61,0
Jasa Keuangan 45,1
Administrasi Publik dan Pertahanan 42,9
Sains dan Teknik 41,2
Informasi dan Komunikasi 32,9
Manufaktur 26,6
Pertambangan 19,6
Konstruksi 13,7
Rata-rata 38

Sumber: ILO, Moody's Analytics

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper