Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi Korea Selatan melandai lebih dari perkiraan pada Februari 2023, meredakan kekhawatiran Bank of Korea yang tengah memantau risiko luar negeri, termasuk pengetatan kebijakan AS.
Berdasarkan data kantor statistik Korsel, indeks harga konsumen (IHK) naik 4,8 persen pada Februari dibandingkan bulan yang sama periode sebelumnya (year-on-year/yoy), lebih rendah dari angka inflasi Januari yang mencapai 5,2 persen dan di bawah perkiraan ekonom sebesar 5 persen.
Menteri Keuangan Korsel Choo Kyung-ho mengatakan bahwa turunnya inflasi salah satunya disebabkan oleh harga minyak yang turun pada Februari dari tahun sebelumnya untuk pertama kalinya sejak awal 2021.
Choo mengatakan tren pelonggaran kemungkinan dapat dimulai jika tidak ada "guncangan eksternal yang tidak terduga".
Dalam pernyataan terpisah, Bank of Korea (BOK) mengatakan inflasi bulan Februari melambat secara signifikan mengingat harga minyak internasional telah melonjak setahun yang lalu.
Bahkan ketika momentum pertumbuhan harga melunak, BOK mungkin masih memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan lebih lanjut sebagai respons kebijakan bank sentral AS Federal Reserve yang masih menaikkan suku bunga.
Baca Juga
BOK menaikkan 50 basis poin dua kali tahun lalu untuk mengimbangi pengetatan The Fed dan memperlambat depresiasi won terhadap dolar AS.
Ekonom SK Securities An Young-jin mengatakan fokus bank sentral sekarang bergeser dari inflasi di dalam negeri ke apa yang terjadi di luar negeri.
"Perbedaan suku bunga yang lebih lebar antara AS dan Korea Selatan akan memberikan tekanan pada won,” ungkap An seperti dilansir Bloomberg, Senin (6/3/2023).
Untuk saat ini, An mengatakan pasar memperkirakan BOK akan kembali menaikkan suku bunga acuan sebagai tanggapan atas pengetatan The Fed lebih lanjut dan menunggu sinyal dari ketua Fed Jerome Powell dalam beberapa hari mendatang.