Bisnis.com, JAKARTA - Impor minyak nabati Indonesia (HS 15) pada Januari 2023 mencapai 12,8 juta kilogram (kg) atau senilai US$24,8 juta. Angka tersebut mengalami kenaika 80 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya 7,1 juta kg dan 28 persen secara tahunan naik dari 10 juta kg.
Melansir data Badan Pusat Statistik (BPS), impor minyak nabati Indonesia terbesar berasal dari Filipina yang mencapai 4,1 juta kg, disusul Malaysia 2,5 juta kg, Thailand 1,6 juta kg, Singapura 835.000 kg, Chile 678.000 kg. Kemudian China 408.000 kg, India 239.000 kg, Australia 231.000 kg, Perancis 196.000 kg, Jepang 107.000 kg dan 1,3 juta kg negara lainnya.
Pada saat bersamaan, kenaikan ekspor minyak sawit Indonesia sendiri periode Januari turun 2,2 juta ton atau 36, 26 persen.
Namun, penuranan ekspor tersebut justru berdampak pada kelangkaan minyak goreng pemerintah Minyakita di pasaran. Padahal, sejak diluncurkan Juli 2022 tersebut agar minyak goreng khususnya curah bisa turun dan membanjiri pasaran kembali.
Sejak dua bulan terakhir harga Minyakita di pasaran rata-rata dijual di atas harga eceran tertinggi (HET) yaitu Rp14.000 per liter. Di beberapa daerah terpantau Minyakita dijual Rp17.000 per liter.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha atau KPPU memaparkan hasil investigasi awal soal penyebab kelangkaan minyak goreng kemasan sederhana merek Minyakita. Direktur Ekonomi KPPU Mulyawan Ranamanggala menduga terdapat akal-akalan produsen minyak sawit dalam mengatur pasokan Minyakita sehingga harganya naik dan sulit ditemukan di pasaran.
Baca Juga
Harga Minyakita jauh lebih murah dari harga minyak goreng kemasan premium yang kini mencapai Rp 21.200. Oleh sebab itu, Mulyawan menduga besarnya selisih harga tersebut membuat produsen mengakali stok Minyakita agar minyak goreng premium dapat terserap oleh konsumen.
"Kami menduga selisih ini bisa menyebabkan pelaku usaha atau produsen minyak premium ini merasa, kok produk saya belum terserap nih, sedangkan Minyakita lebih diserap masyarakat. Jadi mungkin itu strategi," kata dia pada Senin (30/1/2023).
Fenomena ini akhirnya membuat pemerintah menggelar pertemuan dengan produsen minyak goreng nasional pada Senin (3/1/ 2023).
Dalam pertemuan tersebut, pemerintah meminta para pengusaha menaikkan produksi dan pasokan minyak goreng ke pasar. Dengan mekanisme wajib pemenuhan domestik alias Domestic Market Obligation (DMO) sebanyak 450.000 ton per bulan. Yaitu, mulai Februari sampai April 2023 atau terjadi peningkatan sebesar 50 persen dari DMO bulanan yang dialokasikan sebesar 300.000 ton per bulan.
"Kita minta dari 1 bulan 300 ribu ton untuk memproduksi ke 450.000 ton. Itu untuk 3 bulan ke depan," kata Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan, Jumat (3/2/2023)