Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyayangkan Indonesia masih bergantung pada impor bahan baku atau penolong dan barang modal.
Di depan almamaternya, Airlangga menyebutkan bahwa total impor bahan baku atau penolong mencapai 75 persen dari total pengapalan ke dalam negeri, dan barang modal sebesar 16 persen. Dengan demikian impor bahan baku mencapai 91,35 persen dari total impor Indonesia pada Januari 2023.
“Perlu diketahui Indonesia masih ketergantungan impor bahan baku atau bahan penolong indutsri,” jelasnya dalam Pidato Ilmiah Peringatan Hari Pendidikan Teknik Ke-77 Universitas Gadja Mada secara daring, Jumat (17/2/2023).
Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), nilai impor menurut penggunaan pada Januari 2023 mencapai US$18,44 miliar, di mana sebesar US$13,89 miliar atau sekitar Rp212 triliun (kurs Rp15.267 per dolar AS) yang mencakup 75,30 persennya merupakan impor bahan baku/penolong.
Kemudian barang modal memiliki andil US$2,96 miliar, naik 5,66 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Secara tahunan, nilai impor Januari 2023 terjadi peningkatan pada golongan barang modal US$158,5 juta (5,66 persen), bahan baku/penolong US$56,3 juta (0,41 persen), dan barang konsumsi US$17,1 juta (1,09 persen).
Baca Juga
Tercatat, impor untuk golongan barang HS 2 digit mesin dan perlengkapan elektrik serta bagiannya (HS 85) mengalami peningkatan tertinggi, yaitu mencapai US$215,6 juta pada Januari 2023.
Untuk itu, Airlangga meminta kepada para civitas akademik untuk memperdalam struktur industri permesinan sebagia upaya menekan kebutuhan impor.
“Sektor sawit dan turunannya kami sudah kuasai dari hulu hingga hilir, tetapi barang modalnya masih impor. Ini tantangan untuk fakultas teknik memperdalam struktur industri permesinan di sektro agro,” tuturnya.