Bisnis.com, JAKARTA – Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) melihat neraca perdagangan Januari 2023 yang mencatatkan surplus US$3,87 miliar menjadi bukti ekonomi Indonesia yang resilien.
Kepala BKF Febrio Kacaribu menyampaikan dalam tantangan ekonomi global saat ini, Indonesia mampu mencatatkan surplus yang bertahan dalam 33 bulan terakhir dan menandakan kinerja ekspor impor masih cukup tinggi.
“Surplus neraca perdagangan pada awal tahun ini merupakan awal yang baik dalam memperkuat resiliensi perekonomian nasional dalam menghadapi tantangan global ke depan,” ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (16/2/2023).
Menurutnya, angka ekspor dan impor Januari 2023 masih cukup tinggi, bahkan paling tinggi jika dibandingkan angka pada bulan Januari tahun- tahun sebelumnya.
Mengawali 2023, ekspor Indonesia mencatatkan pertumbuhan yang meningkat sebesar 16,37 persen (year-on-year/yoy) atau mencapai US$22,31 miliar.
Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan ekspor baik komoditas migas maupun nonmigas, yang masih masing-masing meningkat sebesar 65,03 persen (yoy) dan 13,97 persen (yoy).
Baca Juga
Beberapa komoditas utama yang mendukung positifnya kinerja ekspor di antaranya logam mulia dan perhiasan/permata serta karet dan barang dari karet.
Meski catatan PMI manufaktur di beberapa negara mitra terkontraksi, ekspor ke negara mitra dagang utama tetap mencatatkan pertumbuhan yang kuat, seperti ke China yang mencapai 25,2 persen dari total ekspor nonmigas tumbuh sebesar 49,4 persen (yoy).
Diikuti dengan ekspor nonmigas ke kawasan ASEAN (18,9 persen dari total ekspor nonmigas) dan India (6,5 persen dari total ekspor nonmigas) yang masing-masing tumbuh 17,5 persen, dan 30,5 persen secara tahunan.
“Walaupun PMI Manufaktur beberapa negara mitra dagang utama Indonesia seperti Tiongkok masih ada dalam zona kontraksi, ekspor masih tumbuh tinggi di awal tahun ini,” katanya.
Sementara untuk impor Januari 2023 tercatat sebesar US$18,44 miliar atau tumbuh 1,27 persen (yoy) yang didominasi oleh barang konsumsi serta barang modal dan bahan baku penolong.
Artinya, kinerja tersebut mencerminkan bahwa aktivitas produksi dalam negeri masih terus ekspansif.
Ke depan, pemerintah tetap mewaspadai potensi tekanan dari perlambatan ekonomi global, sebagaimana tercermin dari masih terkontraksinya PMI Manufaktur negara mitra dagang.
“Pemerintah akan terus mengupayakan untuk meningkatkan daya saing produk ekspor, termasuk melalui dorongan hilirisasi sumber daya alam, serta mendorong diversifikasi negara tujuan ekspor, termasuk ke negara-negara potensial,” jelasnya.