Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pertumbuhan Ekonomi 2022, Ekonom TRIM Sebut Alasannya

Trimegah Sekuritas memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2022 di 5,3 persen, sesuai dengan realisasi yang diumumkan BPS.
Siluet gedung-gedung bertingkat di Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi kumulatif 2022 mencapai 5,31 persen. Bisnis/Arief Hermawan P
Siluet gedung-gedung bertingkat di Jakarta. Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi kumulatif 2022 mencapai 5,31 persen. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Realisasi pertumbuhan ekonomi sebesar 5,31 persen pada 2022 sesuai dengan proyeksi PT Trimegah Sekuritas Indonesia Tbk. (TRIM). Proyeksi itu diperoleh atas dasar ekspektasi pemerintah yang dinilai terlalu konservatif.

Pada Senin (6/2/2023), Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa pertumbuhan ekonomi kumulatif 2022 mencapai 5,31 persen. Indonesia berhasil kembali ke tren sebelum pandemi Covid-19, ketika pertumbuhan ekonomi bergerak di kisaran 5 persen.

Berdasarkan data Bloomberg, konsensus ekonom dari 30 lembaga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2022 rata-rata di 4,89 persen. Proyeksi tertinggi ada di 6,2 persen dan yang terendah di 3,3 persen.

Dari 30 lembaga yang mempublikasikan proyeksinya, TRIM menjadi lembaga dengan proyeksi yang sesuai realisasi. Proyeksi lainnya yang terdekat terpaut selisih mulai dari 0,08 persen, yakni proyeksi di 5,23 persen, 5,21 persen, dan 5,10 persen.

Ekonom Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian menjelaskan bahwa proyeksi lembaganya sejalan dengan target pemerintah, yakni pertumbuhan ekonomi 2022 di 5,3 persen. Namun, menurut Fakhrul, pemerintah dan Bank Indonesia masih terlalu konservatif dalam memandang prospek ekonomi 2022.

"Kami melihat pertumbuhan ekonomi Indonesia cenderung bias atas, serta kami melihat ekspektasi pemerintah dan BI terlalu konservatif, karena income effect dari pasar komoditas masih akan tinggi walaupun terdapat penurunan harga. Di sisi lain, peningkatan mobilitas diperkirakan akan tetap tinggi," ujar Fakhrul saat menjelaskan alasannya mematok target 2022 kepada Bisnis, Senin (7/2/2023).

Menurutnya, pasar merespons positif realisasi pertumbuhan ekonomi 2022. Pulihnya perekonomian Indonesia setelah terhantam pandemi Covid-19 membuat pasar terus menggeliat di tengah berbagai tantangan.

Meskipun begitu, Fakhrul menilai bahwa pasar masih memberikan perhatian lebih tinggi terhadap kondisi ekonomi Amerika Serikat. Tingginya non-farm payroll (NFP) atau penggajian untuk sektor barang, konstruksi, dan manufaktur cukup menarik perhatian investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper