Bisnis.com, JAKARTA — PT Freeport Indonesia (PTFI) memastikan pengerjaan pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter konsentrat tembaga di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) JIIPE, Gresik, Jawa Timur sudah mencapai 51,7 persen pada awal tahun ini.
Presiden Direktur PTFI Tony Wenas mengatakan, kemajuan pengerjaan smelter berkapasitas 1,7 juta dry metric ton (dmt) itu sudah sesuai dengan lini masa yang ditenggat akhir 2023 ini.
“Sampai sekarang on the track, progres sudah 51,7 persen, sampai akhir 2023 itu sudah 100 persen konstruksi fisik selesai,” kata Tony saat berkunjung ke Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Nantinya, kata Tony, operasi komersial atau commercial operation date (COD) dari smelter ekspansi itu dapat efektif pada Mei 2024 mendatang.
Menurut dia, butuh waktu sekitar 5 bulan setelah penyelesaian konstruksi fisik smelter untuk dapat beroperasi secara komersial.
“Ini pabrik atau peleburan smelter tembaga single line terbesar di dunia, commissioning nggak hanya bisa 1 bulan,” tuturnya.
Baca Juga
Lewat pengerjaan smelter tersebut, dia mengatakan, PTFI siap untuk ikut berpartisipasi pada upaya hilirisasi tembaga mendatang.
Sementara itu, Presiden Joko Widodo atau Jokowi menegaskan bakal tetap menghentikan ekspor konsentrat tembaga pada tahun ini.
Keputusan itu diambil Jokowi setelah menengok perkembangan pembangunan pabrik pengolahan dan pemurnian atau smelter milik PTFI dan PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT) yang sudah lebih dari 50 persen awal tahun ini.
“Sebentar lagi mau saya umumkan tembaga setop tahun ini karena saya cek kemarin smelternya Freeport dan smelter yang ada di NTB [AMNT] sudah lebih dari 50 persen, jadi berani kita setop,” kata Jokowi saat membuka Mandiri Investment Forum, Jakarta, Rabu (1/2/2023).
Malahan, Jokowi berkelakar perusahaan tambang tembaga dan emas terbesar di dunia itu saat ini sudah menjadi milik Indonesia. Dengan demikian, dia meminta pemangku kepentingan terkait untuk tidak khawatir ihwal rencana moratorium ekspor konsentrat tersebut.
“Ingat Freeport itu sudah mayoritas milik kita jangan terbayang-bayang Freeport itu miliknya Amerika, sudah mayoritas kita miliki,” kata dia.
Adapun, kepemilikan saham mayoritas PTFI saat ini dipegang oleh pemerintah Indonesia sebesar 51,2 persen dan sisanya digenggam FCX. Saham milik pemerintah itu tertuang dari kepemilikan 26,24 persen PT Inalum dan 25 persen PT Indonesia Papua Metal dan Mineral (IPMM).
PTFI mengalokasikan investasi tambahan mencapai US$18,6 miliar atau setara dengan Rp283,76 triliun terkait dengan pengembangan tambang dan hilirisasi tembaga milik perseroan untuk periode 2021 hingga 2041 mendatang.
Investasi yang relatif besar itu dilakukan setelah perhitungan cadangan bijih milik perseroan diproyeksikan masih dapat ditambang hingga 2052 mendatang. Malahan, kapasitas sumber daya bijih potensial untuk dikembangkan berdasarkan perkiraan PTFI berada di kisaran 3 miliar ton.