Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kontrak 2 Blok Minyak Ini Diteken, SKK Migas Yakinkan soal Prospek Pasar

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto meyakinkan kontraktor hulu migas bahwa pasar migas untuk produksi dalam negeri masih prospektif.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam sebuah paparan kinerja dengan media. Istimewa/SKK Migas
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dalam sebuah paparan kinerja dengan media. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA — Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) berkomitmen untuk memfasilitasi pasar pembelian produksi minyak dan gas (migas) dari dua operator anyar Wilayah Kerja (WK) West Kampar dan Jabung Tengah, yang berlokasi di Sumatra bagian tengah. 

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, prospek pasar migas untuk wilayah produksi Sumatra bagian tengah relatif besar dengan kebutuhan industri domestik yang belakangan naik signifikan. 

Di sisi lain, Dwi memastikan, kepastian pasar itu ikut ditopang oleh regulasi harga di tingkat hulu hingga hilir yang menarik untuk pengembang. 

Untuk minyak yang dihasilkan dari kedua blok tersebut, lanjut Dwi, tentunya dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan dalam negeri karena kebutuhan minyak Indonesia masih dipenuhi dengan impor.

"Untuk gas dari Sumatra bagian tengah ini punya potensi ke Sumatra bagian tengah sendiri. Tentu saja sekitar di sana ada pupuk, ada industri yang lain, PLN, PHR. Kemudian juga bisa ke Jawa Barat, infrastrukturnya sudah lengkap," kata Dwi saat penandatanganan kontrak bagi hasil di Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (25/1/2023).

Selain itu, dia mengungkapkan bahwa industri di Batam belakangan juga berkembang cukup pesat sehingga permintaan alokasi gas untuk Batam cukup banyak. Dengan ini, kelebihan produksi gas dari WK West Kampar maupun WK Jabung Tengah dapat dialirkan ke Batam.

"Kalau memang masih lebih [produksi gas] bisa ekspor ke Singapura," ujar Dwi. 

Adapun hari ini, Rabu (25/1/2023), SKK Migas dengan kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) menandatangani kontrak bagi hasil pengelolaan WK West Kampar dan Jabung Tengah dengan total komitmen investasi awal mencapai US$49,11 juta atau setara dengan Rp734,97 miliar (asumsi kurs Rp14.966).

Investasi awal itu berasal dari total komitmen pasti 5 tahun pertama yang disetor PT APG Westkampar Indonesia dan PT SPRL West Kampar untuk mendapat hak pengelolaan West Kampar sebesar US$32,56 juta atau setara dengan Rp487,29 miliar. 

Blok eksploitasi itu ditaksir memiliki potensi sumber daya mencapai 130 juta barel minyak (MMBO). Kedua KKKS itu mendapat konsesi hingga 20 tahun lewat skema cost recovery dengan split minyak 80/20 dan gas 75/25. 

Di sisi lain, PT Cipta Niaga Gemilang dan PT Raharja Energi Sentosa mencatat total komitmen pasti 3 tahun pertama masa eksplorasi WK Jabung Tengah sebesar US$16,55 juta atau setara dengan Rp247,68 miliar. 

Blok eksplorasi itu ditaksir memiliki kandungan sumber daya mencapai 200 juta barel minyak ekuivalen (MMboe). Kedua KKKS itu memiliki konsesi 30 tahun dengan skema cost recovery, split minyak 70/30 dan gas 60/40. 

“Oleh karena itu, kami berharap kepada pemegang hak partisipasi untuk secepatnya mungkin segera mengoperasikan West Kampar dan Jabung Tengah ini,” kata Dwi.

Di sisi lain, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) melaporkan perkembangan sejumlah kawasan industri andalan pemerintah belakangan terhambat akibat ketidakpastian pasokan harga gas bumi tertentu (HGBT). 

Pembina Industri Ahli Madya Direktorat Industri Kimia Hulu Kemenperin Tri Ligayanti mengatakan, sebagian besar investor masih menunggu terkait dengan kepastian pasokan gas dengan harga patokan US$6 per MMbtu tersebut. Konsekuensinya, rencana investasi dan ekspansi pada kawasan industri tersebut masih belum agresif. 

“Kawasan industri baru, yaitu di kawasan Semarang, Kendal, dan Batang di sini banyak investor yang menanyakan soal kepastian untuk mendapatkan HGBT. Namun, di sisi infrastruktur pertumbuhan kawasan industri baru ini terkendala belum adanya pipa transmisi dari Cirebon ke Semarang,” kata Tri saat Forum Diskusi Indonesian Gas Society, Jakarta, Rabu (26/10/2022).

Berdasarkan hasil kajian Kemenperin bersama dengan LPEM FEB UI pada tahun ini, permintaan gas bumi domestik diproyeksikan naik dari 3.600 MMscfd ke level 4.700 MMscfd atau naik 30 persen sepanjang 2022 hingga 2030. Permintaan akan gas bumi itu masih didominasi oleh wilayah Sumatra dan Jawa. 

Di sisi lain, pasokan gas dari lapangan existing ataupun plan of development (PoD) turut mengalami peningkatan dari 3.578 MMscfd ke level 5.146 MMscfd. Mayoritas lapangan gas potensial berada di kawasan timur Indonesia.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper