Bisnis.com, JAKARTA - Malaysia mencatat surplus neraca perdagangan untuk tahun ke-25 berturut-turut pada 2022, dengan ekspor ke pasar-pasar utama, termasuk China dan negara-negara Asean. Alhasil, Malaysia mencetak rekor yang didorong oleh inflasi global.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (18/1/2023), Kementerian Perdagangan dan Industri Internasional Malaysia mencatat total ekspor sebesar 1,6 triliun ringgit pada 2022, sedangkan impor mencapai 1,3 triliun ringgit.
Alhasil, Malaysia mencatat surplus neraca dagang 255,1 miliar ringgit, surplus ini naik tipis dibandingkan dengan tahun 2021 yang sebesar 253,7 miliar.
Jumlah tersebut terangkat oleh pengiriman produk listrik dan elektronik, minyak bumi, gas alam cair, dan minyak sawit.
Perdagangan dengan negara-negara Asean menyumbang 29,2 persen dari ekspor Malaysia, naik 32 persen menjadi 452,9 miliar ringgit.
Sementara itu, China tetap menjadi mitra dagang tunggal terbesar Malaysia selama 14 tahun berturut-turut.
Pengiriman chip sirkuit terintegrasi (IC) melonjak 33 persen dari tahun sebelumnya (year-on-year/yoy), diuntungkan dari kekurangan pasokan chip global sejak pertengahan 2020.
Asosiasi Malaysia memperingatkan sektor semikonduktor diperkirakan akan mengalami perlambatan karena ketidakpastian geopolitik, inflasi yang tinggi, dan resesi ekonomi global.
Adapun prospek ekonomi 2023 Kementerian Keuangan Malaysia mengungkapkan neraca perdagangan secara keseluruhan diperkirakan akan melambat tahun ini, dengan ekspor diproyeksikan hanya naik 2,2 persen.