Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Top 5 News BisnisIndonesia.id: Kebangkitan Industri Aviasi Hingga Gairah IPO Global

Industri aviasi dalam negeri berupaya mengejar pemulihan sektor penerbangan pada 2023 setelah sempat berdarah-daerah selama pandemi.
Penumpang pesawat berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (22/12/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha
Penumpang pesawat berada di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (22/12/2022). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Industri aviasi dalam negeri berupaya mengejar pemulihan sektor penerbangan pada 2023 setelah sempat berdarah-daerah selama pandemi. Pemerintah bahkan membidik jumlah penumpang dapat menyentuh capaian sebelum Covid-19 merebak.

Kementerian Perhubungan mencatat total penumpang burung besi di tingkat domestik telah mencapai 56,23 juta orang pada tahun lalu. Sedangkan penumpang internasional menyentuh 11,87 juta orang.

Informasi mengenai pemulihan industri penerbangan telah tersaji di dalam platform BisnisIndonesia.id. Selain itu, terdapat informasi komprehensif lainnya yang menjadi pilihan redaksi pada Jumat (13/1/2023). Di antaranya adalah:

1. Bangkit Industri Aviasi, Kejar Capaian Sebelum Pandemi

Aroma pemulihan sektor penerbangan memang sudah terbaca dari antusiasme masyarakat pengguna angkutan udara sepanjang 2022.

Melonjaknya jumlah penerbangan
menjadikan recovery rate pergerakan penumpang domestik 2022 menyentuh 71 persen dibandingkan dengan masa sebelum pandemi pada 2019.

Sementara itu, tingkat pemulihan pergerakan penumpang internasional mencapai 33 persen. Catatan ini mengindikasikan bahwa fase pemulihan telah berjalan dengan tren yang positif.

2. Menanti Bara Gairah IPO Global Kembali Bernyala

Kondisi ekonomi yang menantang tahun ini bakal menjadikan langkah korporasi untuk global untuk menjajaki permodalan di pasar melalui aksi initial public offering (IPO) kian menantang. Meski demikian, gairah IPO diperkirakan tidak akan surut begitu saja.

Lembaga riset pasar Ernst & Young Indonesia Aksi IPO global sepanjang 2022 mengalami pembelokan tajam ke arah yang berlawanan, setelah pada 2021 sukses memecahkan rekor. Total IPO global tahun lalu mencapai 1.333 emiten, turun 45 persen secara tahunan (year-on-year/ YoY).

Sementara itu, jumlah dana yang dikumpulkan mencapai US$179,5 miliar, turun 61 persen YoY. Rata-rata nilai transaksi pasar juga menurun, seiring dengan rendahnya valuasi dan kinerja pasar saham yang lesu.

3. Menakar Kontribusi Pengembang Garap Pasar Properti Hunian IKN

Rencana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur menarik minat pengembang properti untuk turut serta membangun properti di wilayah tersebut. Pasalnya, di Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara akan dibangun hunian bagi para pejabat dan Aparatur Sipil Negara (ASN) dan keluarga.

Selain hunian, di kawasan IKN juga akan dibangun area komersial, kesehatan, pendidikan, dan lain sebagainya. Hal ini merupakan ceruk pengembang untuk turut serta membangun properti di IKN.

Proyek pembangunan IKN saat ini terus dikebut. Tahapan pembangunan IKN, akan meliputi lima tahapan yang dimulai tahun 2022 hingga selesai 2045 mendatang. Selesainya pembangunan IKN tepat pada saat kemerdekaan Indonesia 100 tahun.

4. Saham Emiten Migas Bersiap Tersulut Panasnya Harga Minyak

Proyeksi harga minyak mentah dunia kembali ke level US$100 per barel dapat menjadi katalis positif bagi emiten minyak dan gas. Mayoritas saham emiten komoditas yang bergerak ke zona hijau dapat menjadi sinyal positif awal untuk menikmati cuan.

Harga komoditas terutama minyak mentah dipastikan bergantung pada pembukaan kembali aktivitas di China usai penguncian ketat setelah perayaan Tahun Baru Imlek pada akhir 2023.

Melansir Bloomberg, Kamis (12/1/2023) Goldmand Sachs Group Inc, memproyeksikan satu barel minyak Bret bisa mencapai US$110 pada kuartal III/2023, jika China dan ekonomi Asia lainnya kembali pulih.

5. Badai Resesi Mengadang, Emiten Kapal Tetap Berlayar

Meredanya siklus puncak harga komoditas atau commodity boom serta ancaman resesi global bakal menjadi sentimen negatif bagi kinerja emiten pelayaran. Kendati demikian, sektor ini belum sepenuhnya kehilangan tenaga, seiring masih tingginya potensi permintaan domestik.

Perekonomian global tahun ini diperkirakan bakal tumbuh melambat. Beberapa negara bahkan terancam mengalami resesi atau penurunan kinerja ekonomi dalam dua kuartal berturut-turut. Kondisi ini tentu saja berimplikasi pada penurunan aktivitas perdagangan global.

Seiring dengan itu, emiten pelayaran yang menjadi pengangkut komoditas perdagangan ekspor pun bakal mengalami penurunan permintaan. Kondisi ini bakal berimbas pada turunnya kinerja keuangan sektor ini sepanjang tahun ini.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Nindya Aldila
Editor : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper