Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perekonomian Indonesia Dinilai Stabil di Tengah Risiko Global, Ini Alasannya

Senior analis Economist Intelligence Unit (EIU) Jhon Marrett mengatakan kondisi ekonomi Indonesia cukup stabil.
Suasana deretan gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Senin (4/7/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Suasana deretan gedung bertingkat dan perumahan padat penduduk di Jakarta, Senin (4/7/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Perekonomian Indonesia dinilai masih stabil meskipun diterpa sejumlah risiko global dari kenaikan suku bunga The Fed yang agresif hingga risiko resesi.

Senior analis Economist Intelligence Unit (EIU) Jhon Marrett mengatakan kondisi ekonomi Indonesia cukup stabil sekalipun diterpa badai perubahan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang agresif.

"Indonesia mengalami perlambatan pertumbuhan yang lebih rendah karena Kenaikan suku bunga yang naik secara agresif dan nilai dolar Amerika Serikat (AS) menguat, tetapi Indonesia cukup stabil," jelas Jhon dalam Asia Outlook 2023, Kamis (12/1/2023),

Jhon menjelaskan bahwa pada waktu yang lalu ekonomi Indonesia cenderung goyah ketika harga komoditas jatuh atau pasar keuangan global telah berubah karena perubahan suku bunga AS.

"Guna mengembalikan ekonomi negara, Indonesia telah melakukannya dengan baik dibandingkan dengan periode stabilitas sebelumnya dan beberapa di antaranya, tentu saja, terkait dengan harga komoditas," lanjutnya.

Indonesia merupakan pengekspor besar komoditas batu bara, logam, minyak sawit, dan masih banyak lagi. Maka, dengan kondisi ekonomi saat ini, Indonesia tak hanya diam tapi telah memperluas kapasitas pertambangan dan pemrosesan hilir, sehingga telah menerima dorongan yang cukup besar dari ledakan komoditas.

"Jadi ini bukan hanya tentang harga. Ini juga tentang volume yang diekspornya sekarang, yang jauh lebih tinggi pada stabilitas keuangan," tuturnya.

Selain itu, instrumen keuangan lainnya telah menurun sebagai bagian dari total utang dalam beberapa tahun terakhir, sehingga hal itu mendorong stabilitas tidak lagi rentan terhadap perubahan mendadak dalam kebijakan moneter di tempat lain seperti pada tahun 2013-2014.

"Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini telah benar-benar mendorong hal itu dengan benar dengan mengandalkan strategi tersebut," ujarnya.

Bahkan, memasuki dua tahun terakhir jabatannya, Jokowi mencoba untuk mendapatkan beberapa proyek besar untuk pindah ke Indonesia, salah satunya pembuat mobil listrik, Tesla.

"Tapi ini adalah proses panjang dan membutuhkan waktu cukup lama," pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper