Bisnis.com, JAKARTA - Performa industri perhotelan di Bali mengalami pemulihan seiring dengan dilonggarkannya aturan turis asing masuk ke Indonesia.
Data Colliers menyebutkan, tingkat okupansi hotel di Bali meningkat 4,6 persen pada kuartal IV/2022 secara kuartalan, sedangkan secara year-on-year meningkat sebesar 30,2 persen. Adapun, total pasokan hotel di Bali pada 2020-2022 sebanyak 691 kamar dengan penambahan 298 kamar baru di 2022.
Colliers mencatat peningkatan okupansi hotel di Bali didorong oleh kunjungan wisman dari Australia dan Eropa khususnya Inggris dan Prancis dengan kunjungan lebih dari 300.000 wisman. Sementara, turis China masih berada di bawah 100.000 wisman.
Jumlah turis China yang datang ke Indonesia belum meningkat meski negara tersebut telah membuka kembali perbatasannya. Jumlah kunjungan wisman China pada periode Januari-Oktober 2022 hanya meningkat 1 persen dibandingkan dengan 2019.
Sementara itu, Wisman Australia yang lebih awal membuka perbatasannya memiliki jumlah yang jauh lebih tinggi yaitu 35 persen dibandingkan jumlah kunjungan tahun 2019.
Di satu sisi, Colliers menyebutkan ada peluang untuk turis China mendominasi Bali. Sebab, penerbangan dari China ke Bali sudah dimulai, meski jumlahnya masih terbatas. Hal ini sangat positif bagi industri pariwisata Bali.
"Tahun 2023, jumlah kunjungan wisatawan asing diperkirakan akan meningkat. Terlebih pemerintah China sudah akan menghapuskan peraturan karantina. Diharapkan akan menarik kembali untuk berwisata," kata Head of Research Colliers, Ferry Salanto, Selasa (10/1/2023).
Namun, kasus Covid-19 yang baru-baru ini meledak kian tak terkendali. Berdasarkan data Worldometers, kasus aktif Covid-19 di China per Selasa (10/1/2023) sebanyak 118.977 kasus.
Melihat kondisi tersebut, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi B. Sukamdani, mengatakan wisman China tak seharusnya masih menjadi andalan bagi pariwisata, termasuk meningkatkan okupansi hotel.
Menurutnya, China memiliki tingkat posibilitas yang rendah untuk dapat segera pulih dari lonjakan kasus yang menerpanya sebulan terakhir ini. Berdasarkan pengalaman Covid-19 di Indonesia ketika varian delta menyerang, butuh waktu satu tahun untuk pemerintah melonggarkan aktivitas.
Meskipun China berkontribusi besar sebagai wisman terbesar yang berkunjung ke Indonesia. Namun, pariwisata di Indonesia tidak dapat lagi menyasar turis asal negeri tirai bambu itu.
"Kita sih udah nggak [andalkan wisman China], belum pulih dan nggak bisa diprediksi, itu yang sekarang suffering Manado, dia lumayan tertekan karena only China [wisman] yang signifikan," ujarnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sebelum pandemi Covid-19 atau pada 2019, jumlah kunjungan wisman asal China menjadi yang tertinggi yaitu mencapai 2 juta kunjungan. Pada 2020, jumlahnya turun drastis hanya menjadi 239.768 kunjungan.
Pada 2021, saat Indonesia masih memperketat pergerakan wisman, China hanya menyumbang 54.713 kunjungan. Peningkatan mulai terjadi di 2022, tercatat mulai Januari-November terdapat 114.513 kunjungan dari China. Untuk 2023, atas arahan Jokowi, Kemenparekraf menargetkan 253.000 kunjungan wisman asal China.