Bisnis.com, JAKARTA - Subholding Pelindo Terminal Petikemas (SPTP) membatasi penumpukan peti kemas yang ada di lingkungan perusahaan akibat adanya cuaca buruk.
Langkah yang diambil oleh anak usaha PT Pelabuhan Indonesia (Persero) atau Pelindo itu guna mengantisipasi cuaca buruk yang menerjang area terminal peti kemas. Untuk itu, seluruh terminal diinstruksikan untuk tidak menumpuk peti kemas lebih dari empat lapis.
Corporate Secretary PT Pelindo Terminal Petikemas Widyaswendra mengatakan pembatasan tersebut bertujuan untuk meminimalkan peti kemas jatuh akibat angin kencang.
Jika dalam kondisi normal, terminal biasanya dapat menumpuk peti kemas setinggi enam lapis. Pembatasan penumpukan peti kemas disebut sudah menjadi prosedur perusahaan untuk meminimalkan kecelakaan kerja akibat cuaca buruk.
"Seluruh terminal saat ini siaga mengingat kondisi cuaca yang tidak menentu terutama hujan deras yang disertai angin kencang. Selain itu kami juga mengantisipasi luapan air laut (rob) yang masuk ke area terminal," jelas Widyaswendra, dikutip dari siaran pers, Selasa (3/1/2022).
Selain penumpukan peti kemas, pengoperasian kegiatan bongkar muat peti kemas di dermaga juga menyesuaikan dengan kecepatan angin di lokasi terminal.
Baca Juga
Contohnya, kegiatan bongkar muat peti kemas yang ada di TPK New Makassar akan dihentikan ketika kecepatan angin sudah mencapai 20 meter (m) per detik atau sekitar 40 knot. Pada saat itu, seluruh personel diwajibkan untuk meninggalkan alat bongkar muat dengan segera, serta memastikan rem badai sudah diaktifkan dan pin jangkar alat sudah dipasang.
Selain antisipasi hujan deras dan angin kencang, SPTP mengantisipasi adanya luapan air laut yang masuk ke area terminal (rob).
Contohnya, seperti antisipasi yang dilakukan di dalam area TPK Semarang. Untuk mengantisipasi rob, SPTP menyiagakan 29 pompa air apabila air laut masuk ke area operasional terminal. Selain menyiagakan pompa, TPK Semarang melakukan rekayasa dengan menambah bantalan untuk menjaga peti kemas dengan posisi paling bawah agar aman dari genangan air.
"Kami rutin melakukan simulasi penganganan keadaan darurat, baik angin kencang maupun air rob, sehingga saat hal tersebut terjadi seluruh personil telah siap dan mengetahui tugas dan peran masing-masing," terangnya.
Kendati adanya upaya antisipasi dari operator pelabuhan, operator kapal menegaskan bhawa kondisi cuaca ekstrem sejak akhir tahun lalu tidak berdampak pada operasional kapal.
General Manager PT Tanto Intim Line Cabang Medan Bustanul Arifin Siregar menyebut kondisi cuaca yang tidak menentu tidak mengganggu operasional kapal yang menuju atau meninggalkan TPK Belawan.
Menurutu Bustanul, hal itu lantaran kapal yang beroperasi menuju pelabuhan utama di Sumatra Utara berukuran rata-rata 17.000 gross tonnage (GT). Oleh sebab itu, cuaca buruk tidak berpengaruh pada stabilitas kapal saat di tengah luat.
"Kami ada tiga kedatangan kapal setiap minggu di TPK Belawan, dua kapal dari Jakarta dan satu kapal dari Surabaya. Sejauh ini tidak ada keterlambatan, semua masih sesuai jadwal sandar yang telah ditetapkan," ucapnya.