Bisnis.com, JAKARTA – Pelonggaran mobilitas menuju normal menjadi sinyal baik bagi industri pariwisata, yang dalam 3 tahun terakhir terpuruk akibat pandemi Covid-19, terutama selama masa liburan Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru).
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyampaikan momen Nataru yang didukung dengan mobilitas yang semakin longgar memberikan dampak positif terhadap industri pariwisata. Terlihat dari kunjungan berbagai tempat wisata yang meningkat.
“Dampaknya tentu positif. Di banyak tempat pariwisata mengalami kenaikan pengunjung dalam jumlah yang sangat besar, bahkan puncaknya mungkin antara natal dan tahun baru, 1-2 Januari 2023,” jelasnya, Rabu (28/12/2022).
Setelah puasa cukup lama, lanjut Bhima, industri pariwisata mulai mendapatkan kenaikan omzet dan menambah pundi-pundi keuangan perusahaan yang sebelumnya defisit.
Bukan hanya itu, penyerapan tenaga kerja yang sebelumnya terkendala juga dapat berangsur pulih di akhir tahun seiring dengan permintaan yang semakin naik.
Bhima juga melihat bila membandingkan dengan periode yang sama di 2021, sektor pariwisata tahun ini setidaknya dapat pulih dan tumbuh mencapai 25 persen year-on-year (yoy).
Baca Juga
“Pertumbuhan sektor pariwisata bisa cukup tinggi di akhir tahun ini dibanding 2021, bisa sekitar 20-25 persen,” tambahnya.
Pada 2022, sektor pariwisata sudah mulai menunjukkan pertumbuhan, tetapi masih perlu waktu untuk benar-benar pulih terutama pada arus kas perusahaan.
Biro Perjalanan dan Hotel Kebanjiran Pesanan
Biro perjalanan atau travel agent optimistis dalam momen Hari Besar Keagamaan dan Nasional (HBKN) Nataru, penjualan paket perjalanan atau produk pariwisata dapat tumbuh hingga 20 persen.
Wakil Ketua Umum Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Budijanto Ardiansyah mengungkapkan pada tahun ini diproyeksikan akan tumbuh, bahkan lebih tinggi dari 2019 atau sebelum pandemi Covid-19.
“Yang jelas kami melihat akan lebih tinggi dari 2019, dari sebelum pandemi. Pada 2019 itu sekitar 10-15 persen kenaikannya, mungkin Nataru sekarang bisa sampai 15-20 persen, mudah mudahan,” ungkapnya, Minggu (11/12/2022).
Meski ada kenaikan harga tiket penerbangan, hal tersebut menurut Budi, tidak menurunkan minat masyarakat untuk berlibur di dalam negeri karena mengandalkan perjalanan darat yang telah didukung oleh jalan tol yang mendukung.
Hal tersebut juga terbukti dari hasil survei DataIndonesia.id yang menunjukkan bahwa 81,58 persen masyarakat yang akan berlibur lebih memilih menggunakan jalur darat, baik menggunakan kendaraan pribadi (56,85 persen), bus (11,64 persen), kereta (13,01 persen). Sementara sisanya memilih angkutan udara dan laut untuk menuju destinasi wisatanya.
Selain itu, pengusaha hotel juga mencatat terjadi peningkatan terhadap tingkat keterisian kamar hotel atau okupansi pada masa Nataru.
Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi B. Sukamdani melaporkan bahwa okupansi hotel-hotel di destinasi wisata favorit telah mencapai full booked atau 100 persen.
“Okupansi hotel dari Nataru kondisinya bagus. Contoh kalau sekarang cari hotel di Bandung, Solo, Yogyakarta, dan Bali Selatan itu penuh semua. Kalau sekarang ini secara umum kalau kita bicara hotel favorit di destinasi wisata [okupansinya] sudah 100 persen,” jelasnya, Selasa (27/12/2022).
Awal Baik untuk 2023
Hariyadi berharap momen Nataru menjadi awal yang baik untuk 2023 karena kondisi pariwisata baik transportasi, hotel, restoran, dan kafe, sudah jauh lebih baik dari 3 tahun terakhir.
“Hanya nanti, Januari 2023, setelah ini apakah bertahan okupansinya. Hal yang jelas tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya” jelasnya.
Bukan hanya pada okupansi, pemulihan pariwisata juga terlihat pada bertambahnya jumlah hotel berbintang sepanjang 2022.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada 2022 jumlah hotel berbintang di Indonesia sebanyak 3.763 unit. Jumlah itu meningkat 6,87 persen jika dibandingkan 2021 yang sebanyak 3.521 unit.
Seluruh hotel berbintang tersebut memiliki 358.833 kamar pada 2022. Jumlahnya juga mengalami kenaikan 3,99 persen dari tahun lalu yang hanya sebanyak 345.062 kamar.
Selain itu, adanya dukungan perpanjangan restrukturisasi kredit, Ekonom Bhima pun melihat sektor hotel dan makan minum (mamin) dapat membantu pariwisata semakin kuat di 2023.
“Menjadi awal yang baik untuk 2023, sebagian mungkin akan lebih cpeat menyelesaikan restrukturisasi kreditnya dan tidak menutup kemungkinan bank menyalurkan pinjaman baru kepada sektor yang berkaitan dengan pariwisata,” tutup Bhima.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pun optimistis dengan menambah target kunjungan wisatawan baik mancanegara dari batas atas 3,4 juta kunjungan menjadi 7,4 juta kunjungan di 2023.
Menparekraf Sandiaga Salahuddin Uno juga melihat tantangan yang akan terjadi di 2023 menjadi peluang, salah satunya terkait kenaikan harga tiket penerbangan.
“Adanya peningkatan biaya tiket perjalanan, menjadi peluang untuk mendapatkan wisatawan berkualitas, dengan lama waktu tinggal lebih panjang, dan memebrikan dampak ekonomi ke masyarakat yang lebih tinggi,” ucapnya saat Jumpa Pers Akhir Tahun, Senin (26/12/2022).