Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Perhubungan (Menhub), Budi Karya Sumadi, memastikan Tarif Batas Atas (TBA) tiket pesawat tidak akan mengalami kenaikan pada tahun depan.
"Kalau naik [TBA] enggak. Kami hitung komponen-komponen yang ada di situ, kalau komponen cenderung turun, maka TBA bisa kami evaluasi," kata Menhub usai acara Jumpa Pers Akhir Tahun 2022 dan Outlook 2023 di Kantor Kementerian Perhubungan (Kemenhub), Selasa (27/12/2022).
Menurut Budi Karya, TBA tiket pesawat bisa jadi tetap atau bahkan turun tahun depan. Semua tergantung dengan situasi ekonomi.
"Arahnya bisa tetap, bisa turun, tergantung situasi ekonomi, karena tidak tahu juga ekonomi dunia seperti apa misalnya fuel [bahan bakar avtur] tiba-tiba naik," ujarnya.
Di sisi lain, sebelumnya Mantan Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero) itu tekah mengimbau kepada para maskapai untuk tidak mengenakan tarif pesawat yang melampaui dari TBA, utamanya saat libur akhir tahun ini.
Selama libur Natal 2022 dan tahun baru 2023 (Nataru), Budi Karya berharap agar harga tiket pesawat masih bisa dijangkau oleh masyarakat yang ingin bepergian.
"Untuk angkutan udara, saya imbau kepada operator agar tidak menggunakan tarif tinggi mengingat warga kita sedang ingin menikmati liburan," ujarnya di Pelabuhan Bakauheni Lampung, dikutip dari siaran virtual, Sabtu (24/12/2022).
Sementara itu, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) mengusulkan agar TBA tiket pesawat dihapus. Ke depan, patokan harga tertinggi tiket pesawat diharapkan bisa dilepas ke mekanisme pasar.
"Yang kita harapkan adalah TBA dilepas. Hari ini kita [Garuda Indonesia] disiplin mengikuti aturan TBA, tetapi kawan sebelah melewati [TBA] saja tidak apa-apa. Kalau tidak apa-apa ya sudah dibuka saja lah semuanya," kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra, di kawasan Kebon Sirih, Jakarta, Senin (26/12/2022).
Kendati mengusulkan penghapusan TBA, Irfan memastikan bukan berarti tidak akan ada lagi kontrol bagi maskapai. Dia menyebut kini masyarakat bisa memilih kelas penerbangan masing-masing sesuai dengan kemampuan masyarakat.
"Pertanyaannya kembali lagi ke keseimbangan perusahaan bisa tetap hidup, dan harga tetap terjangkau. Ujung-ujungnya market kok yang menentukan buat harganya. Ada kelompok market ambil TBA, ada yang cari murah juga. Tidak apa-apa kok," tuturnya.