Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Pertanian tengah menggenjot program The Development of Integrated Farming System in Upland Areas (UPLAND) guna mendorong produktivitas dan perekonomian para petani di dataran tinggi dari hulu hingga hilir.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo berpandangan pembangunan pertanian kini dihadapkan pada terbatasnya ketersediaan lahan, terutama lahan yang memiliki kondisi ideal untuk lahan pertanian.
Menurutnya, pengembangan dan perluasan lahan untuk pengembangan komoditi pertanian secara spesifik merupakan tujuan utama pemerintah dalam mendukung program swasembada pangan nasional.
Syahrul juga mengatakan bahwa daerah dataran tinggi memiliki potensi lahan yang masih sangat besar yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan hortikultura, tanaman pangan, dan perkebunan.
“Eksistensi UPLAND yang diluncurkan sejak 2020 ini adalah untuk meningkatkan produktivitas pertanian di dataran tinggi dan meningkatkan pendapatan petaninya. Selaras untuk mendorong produktivitas, menjaga pelestarian lingkungan kawasan sekitarnya," tuturnya.
Merujuk data Balai Besar Sumberdaya Lahan Pertanian, Indonesia memiliki lahan dataran tinggi seluas ± 144,47 juta hektare dan lahan suboptimal (tanah rawa) seluas ± 34,9 juta hektare. Ini potensial untuk pengembangan pertanian melalui Sistem Pertanian Terintegrasi.
Baca Juga
Persoalannya, petani di dataran tinggi masih kurang mendapatkan akses untuk mendapatkan benih yang berkualitas dan fasilitas kredit. Dataran tinggi di Indonesia yang cukup luas tersebut ternyata belum dimanfaatkan secara optimal.
Menteri yang akrab disapa SYL tersebut menjelaskan, daerah dataran tinggi memiliki peran yang sangat penting sebagai daerah aliran sungai (DAS) dan juga dalam konservasi sumber daya air dan pemeliharaan ekosistem.
Namun, masalah yang paling umum dihadapi lahan di dataran tinggi adalah erosi, kekurangan air, degradasi kesuburan tanah, dan produktivitas yang semuanya terkait dengan masalah lingkungan.
Komoditas Unggulan
Seperti diketahui, pelaksanaan UPLAND dilakukan di 13 Kabupaten yang ada di Indonesia antara lain Banjarnegara seluas 500 hektare dengan komoditas kopi yang terintegrasi dengan ternak domba, Lebak seluas 450 hektare untuk area manggis, Garut seluas 200 hektare area bibit kentang, Tasikmalaya seluas 500 hektare area padi organik.
Selanjutnya Subang seluas 1.165 hektare area Manggis, Minahasa Selatan seluas 840 hektare area kentang, Gorontalo seluas 70 hektare area Pisang Gape, Lombok Timur seluas 811 hektare area bawang putih, Purbalingga seluas 320 hektare area kambing dan lada putih.
Ada juga Malang seluas 300 hektare area bawang merah, Magelang seluas 2.000 hektare area padi organik, Sumenep seluas 460 hektare area bawang merah, dan Sumbawa seluas 800 hektare area dengan komoditi bawang merah.
Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Kementerian Pertanian Ali Jamil memaparkan UPLAND dirancang agar produktivitas para petani meningkat tanpa menimbulkan kerusakan pada lingkungan. Artinya semua konstruksi proyek ramah lingkungan.
Kegiatan UPLAND tersebut didanai oleh Islamic Development Bank (IsDB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) sebesar US$120 juta. Senilai US$40 juta dari total anggaran Kegiatan UPLAND dihibahkan pada 13 Kabupaten lokasi kegiatan.
Selain itu, menurut Ali, program UPLAND untuk modernisasi pertanian dilakukan melalui penyediaan alat mesin pertanian, sarana produksi pertanian, serta peralatan penanganan pasca-panen untuk mendukung kegiatan pengembangan sistem pertanian terpadu.
Manager Pengelola Project Upland Kementerian Pertanian Farakka Sari mengatakan, terdapat empat komoditas yang menjadi unggulan UPLAND di antaranya kopi, beras organik, lada, dan manggis. Bahkan produk-produk tersebut kini telah menembus pasar internasional.
“Kopi di Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah yang merupakan salah satu wilayah penghasil kopi specialty unggulan di Indonesia. Sedangkan pengembangan infrastruktur penunjang produk unggulan padi organik di Kabupaten Magelang Jawa Tengah dan Kabupaten Tasikmalaya Jawa Barat,” katanya
Di Kabupaten Subang Jawa Barat, program UPLAND mendukung pengembangan komoditas manggis. Di Jawa Barat, total produksi manggis sebesar 32.160 ton pada 2021 sementara produksi manggis nasional mencapai 303.934 ton. Hampir seluruh pulau besar di Indonesia hingga NTT adalah produsen manggis.
Terakhir, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah mengelola produk unggulan lada. Luas lahan produktif mencapai 528 hektare dan total produksi pertahun 180.700 ton. Pasar ekspor yang sudah bekerja sama dengan Koperasi Petani binaan UPLAND adalah Jepang dengan jumlah 15 ton pada 2022."