Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Beras Naik, Mentan: Sekali-kali Biarlah, Ongkos Produksi Juga Naik

Masyarakat pun diminta memaklumi kenaikan harga beras lantaran ongkos produksi sedang melonjak drastis akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan pupuk.
Stok beras /Antara-Vicki Febrianto
Stok beras /Antara-Vicki Febrianto

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut harga beras di Indonesia termasuk yang paling rendah di Asia Tenggara, setelah Vietnam.

Masyarakat pun diminta memaklumi kenaikan harga beras lantaran ongkos produksi sedang melonjak drastis akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan pupuk.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, kenaikan harga harga beras saat ini merupakan hal yang wajar. Dia membeberkan hal itu akan meningkatkan penghasilan petani, alih-alih hanya pedagang yang menikmatinya.

“Jadi harga beras yang paling rendah itu adalah Indonesia, Cuma Vietnam yang ada di bawah Indonesia. Tetapi jangan harganya naik yang dapat hanya pedagang tapi petani gak dapat. Kasian juga karena cost produksi lagi naik, kenapa? BBM naik, pupuk naik 3X lipat,” ujar Syahrul dalam diskusi virtual, Senin (19/12/2022).

Dia mengatakan harga beras paling mahal terdapat di Singapura yaitu Rp26.000 per kilogram (kg), Timur Leste Rp22.340 per kg, Myanmar Rp20.000 per kg, Brunei Rp19.000, Thailand Rp17.000 per kg, Laos Rp15.000 per kg, Malaysia Rp13.720 per kg, Filipina Rp12.800 per kg, Kamboja Rp12.700, Indonesia 12.300 per kg, dan Vietnam 11.400 per kg.

“Kalau harga beras naik tentu saja sekali-kali lah gapapa, kasih rakyat uang,” ucapnya.

Berdasarkan data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok (SP2KP) Kementerian Perdagangan, pada Desember 2022 rata-rata harga beras kualitas premium secara nasional mencapai Rp12.800 per kg.

Harga beras premium tersebut naik 1,58 persen dari bulan sebelumnya (month-on-month/mom), meningkat 4,06 persen dibanding setahun lalu (year-on-year/yoy), serta menjadi rekor tertinggi sejak 2018 seperti terlihat pada grafik.

Menurut dia, dengan kenaikan harga itu, justru menguntungkan petani dan memutar sendi-sendi perekonomian masyarakat.

“Pertanian itu lapangan kerja, bahwa itu memutar ekosistem pertanian. Kalau harga beras naik, [misalnya] dari Rp2.000 ke Rp3.000 petani dapat uang. Dia kasih untuk anaknya untuk biaya sekolah. Kalau dia sekolah belikan bajulah. Tukang jahit mendapat jahitan. Puter lagi dapat anaknya makan, berputar ekonomi,” ujar Syahrul

Lebih lanjut, dia berharap Indonesia tidak lagi mengimpor beras. Pasalnya, stok di dalam negeri sejatinya mencukupi meski harga beras di petani tentunya tidak serendah dulu.

Syahrul menuturkan, menurut data Badan Pusat Statistik, total produksi gabah kering giling (GKG) pada 2021 dari 54,42 juta ton menjadi 55,36 juta ton pada 2022. Kemudian menjadi beras jadi 31,36 juta ton pada 2021, naik 0,54 persen jadi 31.90 juta ton.

“Selama 77 tahun inilah yang paling tinggi luas panennya dari 10,41 menjadi 10, 50 juta hektar. Ini data BPS, bukan data Kementan, data Kementan lebih tinggi dari ini. Terus mau percaya yang mana. Data BPS ini data negara. Mereka digaji untuk itu kok,” ungkap Syahrul.

Dengan data Kementan yang menggunakan teknik pantauan satelit (standing crop), kata dia, justru produksinya pada 2022 mencapai 6 juta ton.

“Selain itu saya uji dengan standing crop melalui satelit dengan resolusi sampai 24-12 meter ke bawah, menggunakan artificial intelegence. Belum lagi kalau tidak mau percaya PPL, bupati, yaudahlah. Tapi ini data BPS harus percaya, karena ini data yang paling rendah,” ujarnya.

Dia pun mengklaim produksi beras sudah sangat melimpah dan tidak akan bermain-main dengan data

“Saya yakin produksi ada. siapa sih yang mau main-main. Tidak boleh main main dengan perut rakyat. Dan apa untungnya?,” tutur Syahrul merespon pernyataan Bulog yang mengaku sulit menyerap beras petani lantaran stoknya tipis.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper