Bisnis.com, JAKARTA — Konsumsi domestik akan mengalami peningkatan signifikan sejak satu tahun sebelum penyelenggaraan pemilihan umum atau pemilu. Pengeluaran pemerintah menjadi salah satu penyokong perekonomian, terutama melalui belanja-belanja populis, seperti pencairan bantuan sosial dan subsidi.
Hal tersebut disampaikan oleh Ekonom dan Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira dalam Bisnis Indonesia Business Challenges 2023 dengan tema Momentum Konsolidasi Ekonomi & Politik. Acara itu berlangsung secara daring pada Kamis (15/12/2022).
Bhima menjelaskan bahwa sejumlah sektor ekonomi seolah-olah menantikan pesta politik setiap lima tahun karena akan terdapat pertumbuhan yang pesat. Belanja pemerintah menjelang pemilu akan mendorong aktivitas ekonomi domestik sehingga menopang pertumbuhan ekonomi.
"Dari segi pertumbuhan belanja pemerintah lebih tinggi satu tahun sebelumnya [dari pelaksanaan pemilu], misalnya pada 2014 pada waktu itu dan 2018 satu tahun sebelum 2019, pertumbuhannya di atas 4 persen," ujar Bhima pada Kamis (15/12/2022).
Pertumbuhan belanja pemerintah akan semakin tinggi pada tahun pelaksanaan pemilu. Peningkatan terjadi baik dalam belanja pelaksanaan pemilu maupun aspek lain yang berkaitan, sehingga konsumsi rumah tangga cenderung tumbuh di atas 5 persen.
"Ada kecenderungan belanja itu bersifat lebih populis, pencairannya lebih cepat, dan beberapa serapan anggaran terkait dengan bansos, subsidi, itu biasanya meningkat sebelum adanya event politik," kata Bhima.
Baca Juga
Bhima pun menyebut bahwa sektor-sektor dari segi pengeluaran yang tumbuh pesat justru merupakan pengeluaran selain rumah tangga. Beberapa jenis belanja itu di antaranya terkait belanja partai politik, lembaga survei, konsultan, lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan pemilu.
Hal itu terlihat dari pergerakan belanja kelompok lembaga non profit yang melayani rumah tangga (LNPRT). Pada kuartal I/2014 atau satu tahun sebelum penyelenggaraan pemilu 2015, LNPRT tercatat tumbuh 23,1 persen (year-on-year/yoy).
Kondisi serupa terjadi pada kuartal IV/2018, ketika LNPRT tumbuh 10,8 persen. Pertumbuhannya semakin ngegas pada kuartal I/2019, yakni mencapai 16,9 persen (yoy) atau selalu mencapai double digit.
"Meskipun kontribusi LNPR ini memang relatif kecil, tetapi ini menandakan bahwa memang banyak sektor yang bertahap lima tahun sekali itu terjadi pemilu effect yang membuat serapan tenaga kerja di beberapa sektor meningkat," kata Bhima.