Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sanksi Ekonomi Perang Rusia vs Ukraina Kapan Berakhir? Ini Kata Indef

Simak analisis ekonom Indef soal sanksi ekonomi akibat perang Rusia vs Ukraina yang dirasakan negara-negara di dunia.
Presiden Rusia Vlamidir Putin/Dok. Kremlin
Presiden Rusia Vlamidir Putin/Dok. Kremlin

Bisnis.com, JAKARTA - Banyak negara berharap perang Rusia vs Ukraina segera berakhir. Pasalnya, sejak meletusnya perang di Eropa Timur, ekonomi di sejumlah negara terguncang hingga memicu krisis pangan dan energi di seluruh dunia. 

Sebagaimana diketahui, sejak invasi Rusia ke Ukraina pada Februari lalu, sejumlah negara Barat menjatuhkan sanksi ekonomi ke Rusia dengan maksud untuk membuat Rusia menghentikan serangannya. Nyatanya, sanksi tersebut justru menjatuhkan Eropa ke dalam jurang krisis, khususnya krisis energi.

Lantas, apakah sanksi ekonomi akan ikut berakhir jika perang Rusia vs Ukraina berhenti?

Ekonom Senior Indef Muhammad Nawir Messi menilai berakhirnya perang Rusia vs Ukraina tak menjamin sanksi yang dijatuhkan kepada pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin akan selesai. 

“Tapi kita jangan lupa bahwa jika perang Rusia vs Ukraina berakhir, belum tentu sanksi ekonomi juga berakhir. Belum tentu ya,” kata Nawir dalam acar diskusi yang digelar secara daring, Rabu (14/12/2022). 

Lebih lanjut Nawir menyampaikan, berhentinya perang tidak secara otomatis akan membuat supply chain membaik dan sanksi juga ikut berakhir. Kondisi tersebut menurut dia perlu diantisipasi oleh Indonesia.

“Jadi tidak secara otomatis, tidak otomatis perdamaian itu diikuti dengan sanksi dan tidak otomatis hambatan supply chain akan membaik ketika perang  itu berakhir. Jadi itu adalah sebuah masalah, saya kira harus diantisipasi,” ujarnya.

Disisi lain, dia cukup khawatir tekanan harga pangan pada 2023 mendatang jauh lebih kuat dibandingkan tahun ini. Kekhawatiran tersebut datang dengan pertimbangan-pertimbangan dalam negeri, terutama terkait ketersediaan produksi dan juga pertimbangan pasar global dimana harga pangan terus merangkak naik, sementara beberapa negara produsen utama mulai menutup perdagangannya.

“Saya kira harga terus merangkak naik sementara beberapa negara yang sebagai major producer itu mulai menutup perdagangan mereka,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper