Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) melaporkan penjualan jenis BBM umum (JBU) atau komersial mengalami penurunan yang signifikan sepanjang 2022.
Kepala BPH Migas Erika Retnowati menerangkan, penurunan penjualan BBM komersial dari enam badan usaha termasuk PT Pertamina Patra Niaga itu disebabkan karena peralihan bensin dengan nilai oktan (RON) 90 atau Pertalite menjadi Jenis BBM Khusus Penugasan (JBKP) mulai Juni 2021 lalu.
“Penurunan volume penjualan ini disebabkan adanya peralihan Pertalite yang sebelumnya adalah JBU menjadi JBKP mulai Juni 2021,” kata Erika saat rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII di DPR RI, Jakarta, Kamis (8/12/2022).
Berdasarkan laporan badan pengatur hilir itu, realisasi penjualan BBM komersial dari enam badan usaha di dalam negeri baru mencapai 23,05 juta kiloliter (kl) sepanjang Januari hingga September 2022. Adapun, outlook penjualan BBM komersial hingga akhir tahun dipatok sebesar 31,76 juta kl.
Proyeksi penjualan itu turun drastis dari torehan sepanjang 2021 dan 2020 yang masing-masing sempat mencapai 44,36 juta kl dan 46,33 juta kl.
“Sampai dengan September 2022, realisasi dari JBU adalah sebesar 23,05 juta kiloliter,” kata dia.
Baca Juga
Berdasarkan data yang dihimpun BPH Migas, total volume penjualan JBU khusus BBM dari enam badan usaha mencapai di angka 19,17 juta kl sepanjang Januari hingga September 2022.
Perinciannya, Pertamina Patra Niaga melaporkan penjualan sebesar 17,04 juta kl, PT AKR Corporindo Tbk. (AKRA) sebesar 1,24 juta kl, ExxonMobil mencatat penjualan 719.095 kl, PT Shell Indonesia sebesar 127.382 kl, PT Aneka Petroindo Raya sebesar 14.403 kl dan PT Vivo Energi Indonesia mencapai 26.379 kl.
Sementara itu, realisasi dari penyaluran JBKP Pertalite sudah mencapai 26,9 juta kl atau 89,94 persen dari alokasi kuota 29,91 juta kl per 30 November 2022. Adapun, penyaluran JBT Solar sudah mencapai 16,02 juta kl atau 89,86 persen dari kuota awal 17,83 persen.
“Diperkirakan sampai dengan akhir Desember 2022, minyak solar akan tersalurkan sebesar 17,51 juta kl, kemudian minyak tanah 0,49 juta kl dan pertalite 29,51 juta kl,” kata dia.