Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Tahun Politik, Properti Hunian Dinilai Masih Prospektif

Pertumbuhan properti menjelang tahun politik diperkirakan akan terhambat, tapi masih prospektif untuk konsumen pengguna.
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). Bisnis/Abdullah Azzam
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Real Estat Broker Indonesia (Arebi) memperkirakan properti hunian masih akan dilirik oleh konsumen end user atau pengguna langsung, meski dihadapkan pada tantangan menjelang tahun politik di 2023.

Ketua Umum Arebi, Lukas Bong, meyakini segmen pasar milenial atau mereka yang baru membeli rumah pertama akan menyerap pasar hunian lebih banyak.

"Prospeknya baik untuk kondisi properti end user, dalam arti langsung di tahap pemakai langsung karena kita tahu bahwa banyak sekali kemudahan dari pemerintah untuk mereka yang baru pertama kali memiliki properti atau rumah," kata Lukas kepada Bisnis, dikutip Minggu (4/12/2022).

Namun, bagi investor, bisnis properti masih perlu dipertimbangkan lebih mendalam. Pasalnya, banyak investor yang cenderung wait and see untuk investasi properti.

Menurutnya, tahun politik sedikit banyak akan mempengaruhi sektor properti yang ditandai dengan penurunan penjualan atau tersendatnya minat beli masyarakat.

"Beda halnya untuk investor. Kalau bicara investor, biasanya menjelang tahun politik mereka juga banyak wait and see, tapi dengan catatan itu kelihatannya akan berlangsung di semester II/2023, jadi bukan awal tahun depan," ungkapnya.

Di sisi lain, ada opitmisme yang dimiliki, pertama tahun politik yang diadakan setiap 5 tahun menjadi rutinitas yang membuat sebagian investor tidak begitu peduli dan cukup dewasa dalam menghadapi sentimen tersebut.

Kedua, market atau pasar untuk sektor hunian masih sangat baik. Apalagi dengan kebutuhan rumah atau backlog yang berada di angka 12,7 juta, ditambah dengan kehadiran 600.000 keluarga baru setiap tahunnya.

Ketiga, Lukas melihat banyak investor asing yang mulai mengambil posisi sigap untuk berbelanja porperti di Indonesia. Terutama, kalangan ekspatriat yang saat ini mulai kembali sejak pembatasan pandemi Covid-19 dilonggarkan.

Lebih lanjut, dia menuturkan sebagian besar investor mulai kembali bergeliat setelah Pemilihan Presiden 2024 berlangsung. Tokoh terpilih dapat menjadi penentu keberlanjutan industri properti.

"Kalau Pilpres 2024 berlangsung lancar, terus tidak ada kerusuhan, pemenangnya itu yang bisa diterima oleh masyarakat, dipandang dunia internasional sebagai tokoh yang memang bisa diterima, itu sih akan lancar dan menimbulkan sentimen positif," ungkapnya.

Sementara itu, berdasarkan data Property Outlook 2023 yang dirilis Knight Frank Indonesia, sebanyak 42 persen responden mengatakan pertumbuhan properti di Indonesia akan stagnan.

Sebanyak 59 persen responden mengatakan kondisi ekonomi global tidak akan mempengaruhi pertumbuhan properti. Namun, ada 5 tantangan utama yang perlu diwaspadai dan salah satunya adalah sentimen tahun politik, kemudian dampak pandemi dan kenaikan inflasi, disusul pengangguran, dan kenaikan suku bunga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper