Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) meminta pemerintah untuk memperbaiki kontrak bagi hasil atau production sharing contract (PSC) cost recovery untuk menarik lebih banyak minat investasi anyar pada kegiatan hulu minyak dan gas (migas) mendatang.
Direktur Aspermigas Moshe Rizal mengatakan, perbaikian itu dapat dilakukan dengan mengkombinasikan kelebihan penawaran PSC yang ada di skema gross split dengan cost recovery.
“Idenya bagaimana PSC cost recovery itu bisa lebih menarik bagi perusahaan di situ kendalanya. Prosesnya lama itu kan jadi duit juga, ujung-ujungnya tidak efisien juga cost recovery,” kata Moshe saat dihubungi, Jumat (25/11/2022).
Moshe mengatakan, kombinasi PSC cost recovery dengan gross split untuk penawaran wilayah kerja (WK) eksplorasi mendatang bakal lebih menarik. Alasannya, skema cost recovery yang relatif lama itu dapat terpangkas dengan kemudahan perizinan dan pengadaan yang tersedia pada gross split.
“Cost recovery itu memberi kepastian tetapi lambat, gross split itu cepat tetapi terms di Indonesia tidak menarik karena tidak memberi kepastian bagi wilayah kerja eksplorasi itu yang harus dipertimbangkan,” tuturnya.
Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memasang target ambisius untuk investasi pada 2023. Mereka mematok terjadi kenaikan investasi sebesar 20 persen dibandingkan tahun ini.
Baca Juga
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan bahwa untuk tahun ini, instansinya telah memasang target kenaikan 20 persen dibandingkan 2021, yaitu sebesar US$13,2 miliar.
Hingga kuartal III/2022, SKK Migas setidaknya telah menangkap investasi yang terealisasi sebesar US$7,7 miliar. Artinya, masih ada US$5,5 miliar yang harus dikejar di sisa 3 bulan 2022.
“Tahun 2023 kita sedang susun work plan budget. Tapi kami kejar kenaikan 20 persen,” katanya saat ditemui wartawan di Badung, Bali.
Dari aktivitas pengeboran, Dwi menjelaskan bahwa terjadi peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun pertama Covid-19 menghantam dunia atau pada 2020, ada 240 sumur yang dieksplorasi.
“Tahun ini outlook kita ada 800 sumur dan tahun depan sudah setuju dengan kontraktor sebanyak 1.050 sumur. Jadi cukup progresif dalam hal aktivitas,” jelasnya.
Pemerintah memang terus menggenjot produksi migas karena sedang mengejar produksi 1 juta barel per hari (bph) minyak dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (Bscfd) gas pada 2030. Proyek tersebut setidaknya membutuhkan investasi senilai US$179 miliar atau Rp2,8 kuadriliun (konversi kurs Rp15.704).