Bisnis.com, JAKARTA - China memutuskan membeli lebih banyak gandum Australia bahkan setelah hubungan diplomatik antara kedua negara cenderung rumit dalam beberapa tahun terakhir.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (21/11/2022), menurut data bea cukai China, pengiriman Australia menyumbang 63 persen dari impor gandum Beijing dalam 10 bulan pertama tahun 2022, dibandingkan dengan 28 persen selama 2021 dan hanya 15 persen tahun sebelumnya.
Perdagangan ini semakin terlihat setelah hubungan yang memburuk antara negara-negara atas isu termasuk Clampdown atas investasi asing dan ketika Australia menuduh China ikut campur dalam urusan domestiknya.
Australia mengambil nosedive pada tahun 2020 setelah Canberra menyerukan penyelidikan terkait asal-usul Covid-19, sehingga membuat Beijing marah.
China menanggapi dengan hukuman perdagangan, hukuman yang menargetkan komoditas Australia dari batubara hingga gandum, lobster, dan anggur.
Ada tanda-tanda ketegangan yang mencair setelah Perdana Menteri Anthony Albanese dan Presiden Xi Jinping mengadakan pertemuan tatap muka pertama antara para pemimpin negara sejak 2019 minggu lalu.
Baca Juga
Bahkan dengan beberapa ketegangan perdagangan, China masih merupakan pasar ekspor terbesar di Australia, mengambil lebih dari sepertiga dari total pengiriman.
Dalam hal tonase, impor gandum Australia-China lebih dari dua kali lipat menjadi 4,97 juta ton pada Januari-Oktober dari tahun sebelumnya.
Pengiriman tersebut adalah data tertinggi yang akan kembali ke tahun 2004. Pasokan gandum global telah dibatasi karena kesengsaraan cuaca di daerah penghasil utama dan ketika perang di Ukraina membalikkan aliran perdagangan keluar dari wilayah.