Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BI Pastikan Inflasi Inti di Bawah 4 Persen pada Kuartal I/2023

Bank Indonesia memastikan inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada kuartal I/2023.
Ilustrasi inflasi. /Freepik
Ilustrasi inflasi. /Freepik

Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memastikan inflasi inti akan berada di bawah 4 persen pada kuartal I/2023.

Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, inflasi Indeks Harga Konsumen atau IHK maupun inflasi inti diprediksi akan naik kedepannya, namun lebih rendah dari consensus forecast.

“Kami memandang consensus forecast pasti tinggi,” kata Perry dalam Pengumuman Hasil RDG Bulanan Bulan November 2022, Kamis (17/11/2022).

Perry memperkirakan, inflasi hingga akhir tahun kurang lebih berada di level 5,6 persen, sedangkan consensus forecast 5,9 persen. Sementara, inflasi inti diprediksi masih akan naik mencapai 3,5 persen di akhir tahun.

“[Inflasi inti] masih akan meningkat karena itu ada lag effect (efek tunda) kurang lebih sekitar 3,7 persen pada bulan dua dan tiga tahun depan [atau] triwulan I,” ujarnya.

Adapun dia memastikan, inflasi inti akan kembali dalam kisaran target BI 3 persen plus minus 1 lebih awal yaitu pada paruh pertama 2023.

Selain itu, BI bersama dengan pemerintah akan melanjutkan pemberian subsidi, dan melaksanakan pengendalian inflasi pangan bersama dengan TPIP-TPID dan Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) agar inflasi pangan bisa terkendali.

“Secepat mungkin inflasi IHK juga bisa turun tidak lebih 4 persen sebagaimana target sasaran yang ditetapkan 2-4 persen atau 3 persen plus minus 1 persen,” pungkasnya.

Sementara itu, BI melaporkan consensus forecast pada November 2022 menunjukkan ekspektasi inflasi pada akhir 2022 masih tinggi yakni di level 5,9 persen (year-on-year/yoy). Kendati demikian, angka tersebut lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat 6,7 persen.

“Inflasi IHK pada Oktober 2022 tercatat sebesar 5,71 persen [yoy], masih di atas sasaran 3 persen plus minus 1, meskipun lebih rendah dari prakiraan dan inflasi bulan sebelumnya sebesar 5,95 persen [yoy],” kata Perry.

Inflasi kelompok volatile food tercatat turun menjadi 7,19 persen. Meski tren menurun, BI melihat perlu adanya penguatan sinergi dan koordinasi kebijakan yang erat melalui TPIP-TPID dan GNPIP untuk penurunan lebih lanjut.

Pada kelompok barang yang harganya ditentukan pemerintah, (administered prices) tercatat inflasi sebesar 13,28 persen (yoy). Masih tingginya nilai inflasi kelompok ini, kata dia, membuat penguatan koordinasi untuk memitigasi dampak lanjutan dari penyesuaian harga BBM dan tarif angkutan agar lebih rendah perlu dilakukan.

Melihat perkembangan tersebut, lanjut Perry, BI akan terus memperkuat respons kebijakan moneter. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ni Luh Anggela
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper