Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Luhut Suntik Mati PLTU, Pendonor Beri 'Kompensasi' Rp235 Triliun

Indonesia disebut akan memperoleh bantuan pembiayaan sekitar US$15 miliar dari pakta iklim AS-Jepang untuk mengurangi penggunaan PLTU batu bara.
Ilustrasi PLTU/Istimewa
Ilustrasi PLTU/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Pakta iklim yang dipimpin oleh Amerika Serikat (AS) dan Jepang disebut tengah menyelesaikan kesepakatan pembiayaan iklim yang akan menawarkan setidaknya US$15 miliar atau sekitar Rp235,51 triliun (asumsi kurs Rp15.701) untuk membantu Indonesia beralih dari dominasi penggunaan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) berbasis batu bara.

Dilansir dari Bloomberg, Jumat (11/11/2022), kemitraan yang disebut 'just energy transition partnership' atau JETP itu kemungkinan akan diumumkan pada KTT G20 di Bali pekan depan, menurut orang-orang yang mengetahui rencana itu.

Kesepakatan itu memungkinkan Indonesia untuk mempercepat upaya memensiunkan kelebihan kapasitas PLTU dan membatasi proyek PLTU yang dinilai menghambat pengembangan energi terbarukan. Menurut orang-orang yang enggan disebutkan namanya tersebut, beberapa detail kesepakatan dapat berubah sebelum pengumuman dilakukan.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa kesepakatan pembiayaan akan diumumkan pada pekan depan.

"Saya harap besarannya akan cukup besar untuk menciptakan kepercayaan dalam mewujudkan transisi energi," kata Sri Mulyani dalam Bloomberg CEO Forum di Bali, Jumat (11/11/2022).

Sementara itu, seorang juru bicara Departemen Keuangan AS menolak berkomentar terkait kesepakatan tersebut. Kementerian Luar Negeri Jepang juga tidak segera menanggapi permintaan tanggapan.

Adapun, model kesepakatan pembiayaan tersebut serupa dengan kesepakatan keuangan iklim senilai US$8,5 miliar untuk Afrika Selatan yang pertama kali diuraikan dalam KTT iklim PBB tahun lalu. Afrika Selatan baru pada bulan ini mengumumkan perincian rencana investasi itu, yang menunjukkan betapa rumitnya mengubah kesepakatan awal menjadi proposal yang direalisasikan sepenuhnya.

Namun, tidak seperti kesepakatan Afrika Selatan yang diajukan dengan tergesa-gesa pada KTT iklim tahun lalu, JETP Indonesia adalah produk dari negosiasi setahun penuh dan kerangka awal lebih rinci, menurut beberapa orang.

Para pejabat AS telah mengerjakan kesepakatan untuk mengarahkan beberapa negara terpadat di dunia untuk menuju ke energi yang lebih bersih, termasuk pembicaraan dengan Indonesia dan Vietnam, kata Utusan Khusus Presiden AS untuk Perubahan Iklim John Kerry dalam sebuah wawancara bulan lalu.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan berbicara dengan Kerry tentang masalah ini pada Kamis malam dan para pihak berharap untuk membuat pengumuman pada Rabu, katanya dalam B-20 Net Zero Summit pada Jumat di Bali.

“Indonesia perlu bertransformasi, kami sangat peduli dengan ini dan negosiasi kami dengan AS dan JETP berjalan sangat baik,” katanya.

Disebutkan bahwa di bawah JETP, beberapa PLTU baru tidak akan dibangun dan total penambahan kapasitas PLTU baru akan menyusut menjadi sekitar 10 gigawatt (GW), kata beberapa orang. PT PLN (Persero) tidak segera menanggapi permintaan komentar ini. Belum jelas berapa banyak PLTU yang akan dipensiunkan PLN lebih awal berdasarkan kesepakatan JETP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper