Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal III/2022 pada Senin (7/11/2022).
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2022 ini akan mencapai di atas 5 persen. Optimisme tinggi ini terutama didukung oleh menguatnya konsumsi rumah tangga dan kinerja ekspor yang tetap tinggi.
Meski demikian dalam catatan Bisnis, pada kuartal ketiga ini pemerintah telah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) dan Bank Indonesia melakukan penyesuaikan suku bunga acuan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) secara agresif.
“Pada kuartal III saya rasa pertumbuhan ekonomi akan tetap di atas 5 persen, karena kalau melihat tingkat konsumsi rumah tangga dan net ekspor masih besar, terutama net ekspor pada kuartal III yang lebih besar dari kuartal II,” katanya kepada Bisnis, Senin (6/11/2022).
Faisal menjelaskan, menguatnya konsumsi rumah tangga pada kuartal III/2022 tercermin dari kinerja penjualan riil yang tetap positif sebesar 5,5 persen per September 2022, juga didukung oleh indikator lainnya yang relatif masih kuat. Menurutnya, konsumsi rumah tangga berpotensi tumbuh 5 persen.
Sementara itu, kinerja ekspor per September 2022 saja masih mencatatkan pertumbuhan sebesar 20,28 persen secara tahunan, yang didorong oleh tetap tingginya sejumlah harga komoditas unggulan Indonesia di pasar global.
Nada optimistis yang sama juga disampaikan pemerintah dalam kesempatan berbeda.
“Kami masih melihat ekonomi kuartal II/2022 cukup kuat, estimasi kita tumbuh di 5,7 persen,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu, Jumat (4/11/2022).
Dia menyampaikan, salah satu indikator yang mencerminkan penguatan ekonomi pada kuartal III adalah kredit perbankan yang mencatatkan pertumbuhan hingga dua digit. Per September 2022, kredit perbankan tumbuh sebesar 11 persen secara tahunan.
Kredit investasi dan kredit modal kerja mencatatkan pertumbuhan dua digit, masing-masingnya sebesar 10,2 persen dan 12,2 persen secara tahunan. Pertumbuhan kredit konsumsi juga tercatat tinggi sebesar 9,1 persen secara tahunan.
“Ini tentunya sudah jauh lebih tinggi dibandingkan akhir 2022, artinya mesin ekonomi sudah mulai bekerja cukup cepat dan kita dalam fase berusaha untuk mempertahankan momentum itu,” jelasnya.
Di sisi lain, tren simpanan atau dana pihak ketiga di perbankan menunjukkan tren penurunan pertumbuhan, yang pada September 2022 mencapai 6,8 persen secara tahunan.
Febrio mengatakan, penurunan tersebut mencerminkan aktivitas ekonomi yang meningkat, terutama konsumsi pada masyarakat kelas menengah ke atas.