Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PHK Massal Industri Tekstil, Said Iqbal Malah Bilang Begini

Presiden KSPI Said Iqbal mengklaim telah memeriksa fakta terkait PHK massal pada sektor industri tekstil yang disebutnya tidak benar.
Presiden KSPI Said Iqbal di lokasi demo buruh di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (6/9/2022) - BISNIS/Annasa Rizki Kamalina.
Presiden KSPI Said Iqbal di lokasi demo buruh di depan Gedung DPR RI, Jakarta, Selasa (6/9/2022) - BISNIS/Annasa Rizki Kamalina.

Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal membantah adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang terjadi di sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT).

Pihaknya telah mendalami fakta-fakta yang terjadi soal kabar PHK yang terjadi kepada puluhan ribu buruh di sektor tersebut. Alhasil anggota KSPI dari sektor tersebut mengaku tidak benar adanya PHK.

“Tidak benar[ada PHK], Partai Buruh dan KSPI telah mendalami fakta-fakta, tidak benar ada PHK 45.000 lebih buruh di sektor tekstil garmen dan sepatu,” ujarnya dalam konferensi pers, Rabu (2/11/2022).

Said Iqbal juga menegaskan bahwa pihaknya telah melakukan pemeriksaan terhadap anggota KSPI, yaitu Serikat Pekerja Nasional (SPN) yang bergerak di industri tekstil, garmen, dan sepatu atau alas kaki.

Begitu pula dengan kabar PHK yang terjadi di sektor otomotif. Faktanya, kata Said Iqbal, sebanyak 70 persen serikat pekerja otomotif tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) menyatakan tidak benar adanya PHK.

“Tidak ada PHK di industri otomotif, FSPMI, itu tidak ada yang PHK. Saya sudah cek di SPN anggota KSPI yang bergerak di tekstil, garmen, dan sepatu, tidak ada PHK, [PHK] mana yang dimaksud?” ungkapnya.

Untuk itu, Said Iqbal meminta kepada pemerintah untuk tidak menghantui masyarakat dengan isu resesi sehingga mendorong terjadinya PHK di sektor padat karya tersebut.

"Dengan demikian, kami meminta kepada menteri terkait jangan menakut-nakuti rakyat dan menjadi provokator 2023 ekonomi gelap dan akan ada resesi global yang akan melanda Indonesia," lanjutnya.

Seiring dengan perlambatan ekonomi global, pelemahan daya beli di Eropa dan Amerika turut melemahkan penjualan ekspor TPT Indonesia dan negara produsen TPT lainnya seperti China, Bangladesh, Vietnam, dan India.

Dari sisi pengusaha, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa menyampaikan dengan pelemahan tersebut negara pesaing Indonesia mencoba menguasai pasar Indonesia.

Keadaan ini menjadi sangat membuat industri TPT nasional terjepit, antara penurunan permintaan ekspor dan pasar domestik yang tergerus.

“Dengan gangguan ini mengakibatkan utilisasi industri TPT menurun tajam yang berdampak terhadap pengurangan jam kerja yang akhirnya dan terjadi PHK,” ujarnya, Kamis (27/10/2022).

Jemmy mengaku bahwa rata-rata penurunan permintaan  hingga 30 persen untuk pasar ekspor.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi B. Sukamdani juga mengatakan bahwa gejolak ekonomi global mulai menurunkan pesanan sepatu Indonesia ke negara mitra tradisional hingga 50 persen untuk pengiriman 2023.

Tidak hanya sepatu, dia menyatakan order produk TPT atau garmen pada tahun depan juga menurun sebesar 30% persen.

“Sekarang sudah ada imbasnya, ekspor tujuan kita mengalami pelemahan ekonomi, Amerika Serikat, Uni Eropa sudah menurun. Hari ini saya dilaporkan sektor sepatu drop 50% orderannya, garmen 30%,” ujarnya di Jakarta, Kamis (20/10/2022).

Sementara itu, berangkat dari kondisi tersebut, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi secara gamblang menyampaikan dirinya mendapat laporan dari anggotanya yang bekerja di perusahaan tekstil Sritex Group soal PHK.

“Laporan dari anggota kami, perusahaan yang berafiliasi dengan Sritex Group itu ribuan orang sudah dirumahkan saat ini. Anggota kami dari Tyfountex di Sukoharjo, Jawa Tengah, kurang lebih 8.000 di PHK,” ujarnya, Rabu (2/11/2022).

Selain itu, anggota KSPN yang bekerja di perusahaan tekstil di Jawa Barat seperti PT KH Group juga melaporkan adanya PHK akibat masa kontrak yang habis dan tidak diperpanjang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper