Bisnis.com, JAKARTA - Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi atau laju inflasi Amerika Serikat (AS) tumbuh melambat menjadi 4,2 persen (year-on-year/yoy) pada kuartal III/2022.
Capaian tersebut menjadi laju inflasi paling lambat sejak akhir tahun 2020. Selain komponen makanan dan energi, inflasi naik 4,5 persen, mengacu pada data September 2022 akan dirilis Jumat (28/10/2022).
Dikutip dari Bloomberg pada Kamis (27/10/2022), saham berjangka AS (US stock futures) membalikkan kerugian setelah laporan tersebut, sementara imbal hasil Treasury jangka pendek berfluktuasi.
Ketua Bank Sentral AS Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengatakan percaya bahwa AS akan membutuhkan periode pertumbuhan di bawah tren dan beberapa pelunakan dalam kondisi pasar tenaga kerja untuk mencapai tujuan inflasi.
Sementara pembuat kebijakan berharap untuk menghindari resesi, The Fed memproyeksi pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam hanya 0,2 persen pada tahun 2022 dan 1,2 persen pada tahun 2023.
"Perekonomian memang melemah pada paruh pertama tahun ini, tetapi sebagian dari kelemahan itu mencerminkan hambatan dari kategori yang mudah berubah seperti ekspor bersih dan persediaan," ujar Jerome Powell.
Pada saat yang sama, tingkat pengangguran telah mundur ke titik terendah dalam sejarah dan jumlah PHK tetap sedikit. Kondisi tersebut kian menentang gagasan bahwa AS berada dalam jurang resesi.
Laporan tersebut kemungkinan membuat The Fed di jalur untuk menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin minggu depan.
Pada saat yang sama, pembuat kebijakan diperkirakan akan membahas apakah akan memperlambat laju kenaikan di tengah perkiraan inflasi yang akan mengalami penurunan tahun depan.
Angka-angka tersebut mungkin juga disambut dengan baik oleh Presiden Joe Biden. Dia dan Partai Demokrat berharap kabar baik pada hari-hari ekonomi menjelang pemilihan paruh waktu, meskipun mungkin tidak cukup untuk membuat perbedaan sedekat ini dengan pemungutan suara.
Pasalnya, inflasi yang tinggi telah menurunkan peluang Demokrat untuk mempertahankan mayoritas kongres mereka yang tipis.
Pendapatan domestik bruto, salah satu ukuran utama kegiatan ekonomi pemerintah, akan dirilis dengan perkiraan kedua PDB pada akhir November 2022.
The National Bureau of Economic Research’s Business Cycle Dating Committee, wasit resmi saat siklus bisnis dimulai dan berakhir di AS, menggunakan rata-rata PDB dan GDI bersama dengan berbagai variabel ekonomi lainnya untuk membuat keputusan resesi.
Data PDB AS menunjukkan pengeluaran jasa naik ke tingkat tahunan 2,8 persen, sementara pengeluaran barang turun 1,2 persen. Ini tercatat sebagai penurunan ketiga berturut-turut. Data pengeluaran yang disesuaikan dengan inflasi untuk bulan September akan dirilis besok, Jumat (28/10/2022).
Sebelumnya, Perkiraan awal Departemen Perdagangan menunjukkan Produk domestik bruto (PDB) AS naik 2,6 persen (year-on-year/yoy) pada periode Juli hingga September 2022.
Seperti diketahui, ekonomi AS telah mengalami kontraksi dalam dua kuartal berturut-turut. Pada kuartal I/2022, produk domestik bruto (PDB) AS tercatat 1,6 persen (yoy). Situasi makin memburuk setelah ekonomi Negeri Paman Sam minus 0,9 persen pada kuartal II/2022 sehingga mencatat resesi teknis.