Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) merampungkan perbaikan infrastruktur di 563 lokasi yang terdampak bencana Badai Siklon Tropis Seroja dan banjir bandang di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Nusa Tenggara Barat (NTB).
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono menerangkan perbaikan tak hanya dengan membangun kembali infrastruktur yang rusak, melainkan membangun kembali permukiman yang kuat dan tangguh terhadap bencana.
"Pendekatannya adalah build back better, tidak sekadar membangun dengan kerentanan yang sama terhadap bencana, tetapi membangun lebih baik dan lebih aman dari sebelumnya," kata Basuki dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (26/10/2022).
Adapun, penyelesaian yang telah dicapai mencakup 38 lokasi di NTB yang rampung pada Maret 2022. Perbaikan mencakup infrastruktur Sumber Daya Air 27 lokasi, Cipta Karya 9 lokasi, dan relokasi permukiman 2 lokasi.
Lebih lanjut, Kepala Satuan Tugas Pelaksana Penanggulangan Bencana NTT dan NTB Widiarto menerangkan untuk Provinsi NTT penangangan infrastruktur terdampak Badai Siklon Tropis Seroja terdiri dari 525 kegiatan/lokasi sudah selesai pada awal Oktober 2022.
"Meliputi Sumber Daya Air 63 lokasi, Bina Marga 105 lokasi, Cipta Karya 348 lokasi, dan relokasi permukiman 18 lokasi," jelasnya.
Di Bidang Sumber Daya Air penanganan yang dilakukan yaitu berupa rehabilitasi Bendung Haekesak & Sub DI Beabo Kabupaten Belu, Bendung Mena, Bendung Kambaniru & Jaringan Irigasi Kabupaten Sumba Timur, dan Bendung Waisika Kabupaten Alor.
Sementara itu, dalam kegiatan Bina Marga penanganannya berupa Jembatan Termanu dan Jembatan Sungai Siumate Besar di Kabupaten Kupang.
Widiarto mengatakan sisanya terdapat kegiatan relokasi permukiman yang tersebar di 20 lokasi/desa yakni 18 desa di 6 kabupaten Provinsi NTT dan 2 desa di 2 kabupaten Provinsi NTB.
"Khusus untuk 10 lokasi provinsi NTT dalam prosesnya diperlukan penyempurnaan melalui program regular di balai/direktorat terkait. Penyempurnaannya dalam bentuk penambahan/peningkatan kapasitas layanan air bersih karena tantangan di wilayah NTT adalah ketersediaan air," jelas Widiarto.