Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bapanas Sebut Cadangan Beras Pemerintah Bulan Ini Paling Kecil

Bapanas mencatat stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog pada Oktober 2022 ini hanya 673.613 ton.
Pekerja berada di gudang Bulog di Jakarta, Rabu (2/9/2020). Bisnis/Nurul Hidayat
Pekerja berada di gudang Bulog di Jakarta, Rabu (2/9/2020). Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat stok cadangan beras pemerintah (CBP) di Perum Bulog pada Oktober 2022 ini hanya 673.613 ton.

Bapanas menyatakan jika dibandingkan Oktober tahun lalu, stok beras bulan ini adalah yang paling kecil. Pada Oktober 2021, stok CBP Bulog mencapai 1,25 juta ton.

Direktur Distribusi dan Cadangan Bapanas, Rachmi Widiriani, memprediksi target CBP sebesar 1,2 juta ton pada Desember 2022 tak bisa tercapai. Dia mengatakan, dalam praktiknya pengadaan beras pada dua bulan terakhir ini sangat sedikit. Bahkan, Bapanas memprediksi stok beras di Bulog pada akhir tahun di bawah 500.000 ton.

"Kita punya alternatif tiga, yang paling bahaya itu kalau stok akhir Desember itu ditargetkan 1,2 juta tapi dalam praktiknya pengadaan dalam dua bulan ini tidak mencapai target. Bisa jadi di akhir tahun stok di Bulog di bawah 500.000 ton," kata Rachmi dalam diskusi yang diselenggarakan Pusat Kajian Pertanian Pangan dan Advokasi secara virtual, Selasa (25/10/2022).

Rachmi memaparkan menurut data Bapanas sebaran stok beras nasional hingga minggu ke-2 Oktober 2022 sebanyak 49,8 persen berada di rumah tangga, 21,1 persen berada di penggilingan, dan 12,3 persen berada di pedagang, sedangkan sisanya berada di Bulog.

Dia menjelaskan penyerapan beras pada musim gadu cenderung sulit. Sebab, Bulog dituntut untuk menyalurkan cadangannya agar harganya tidak terus melonjak. Oleh karena itu, Bapanas memutuskan untuk mencabut kebijakan fleksibilitas harga gabah dan beras per 17 Oktober 2022.

Rachmi mengakui pemerintah harus segera melakukan percepatan pengadaan beras Bulog untuk mengganti stok yang keluar bulan ini. Dia mengakui pembelian beras petani di tengah musim paceklik membutuhkan usaha yang besar. Selain karena produksi gabah yang turun, harganya pun kini tinggi.

Bulog yang terikat dengan ketentuan harga pembelian di tingkat petani akhirnya harus bersaing ketat dengan swasta untuk menyerap beras petani.

“Akhirnya, pemerintah memutuskan untuk bekerja sama dengan para penggiling. Melalui kerja sama tersebut, pemerintah berharap dapat menyerap stok beras yang optimal sampai akhir tahun,” ujar Rachmi.

Terkait stok yang menipis tersebut, Asisten Deputi Pangan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Muhammad Saifulloh, menilai Bulog telah gagal menjaga stabilisasi pasokan dan harga pangan khususnya beras. Berbarengan dengan tirisnya stok, harga beras di tingkat konsumen pun naik 4,2 persen.

"Kalau itu (stabilisasi) enggak berjalan, fungsi Bulog sebagai stabilitator enggak ada. Saya gimana mau menjawabnya, memang enggak berfungsi," ujar Saifulloh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper