Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Upaya Samudera Indonesia (SMDR) Bersiap Hadapi Resesi Global

Samudera Indonesia (SMDR) telah menyusun strategi untuk bersiap menghadapi ancaman resesi global.
Armada PT Samudera Indonesia Tbk./samudera.id
Armada PT Samudera Indonesia Tbk./samudera.id

Bisnis.com, JAKARTA - PT Samudera Indonesia Tbk. (SMDR) telah bersiap mengantisipasi resiko dari resesi global ke sektor pelayaran.

Direktur Utama SMDR Bani Mulia meyakini imbas resesi global tak akan mempengaruhi seluruh rute perdagangan. Rute perdagangan baik ekspor dan impor untuk beberapa sektor industri tetap berjalan dan bahkan bertumbuh.

Dia menilai pelaku pelayaran harus fleksibel untuk menyesuaikan terhadap kondisi permintaan kargo. Dengan demikian, ketika menghadapi resiko resesi, emiten berkode saham SMDR tersebut lebih selektif dan memilih rute-rute pelayaran serta menghindari rute yang tingkat permintaannya rendah.

"Jadi strategi dan antisipasinya adalah mempersiapkan memindahkan kapal ke rute pelayaran yang punya daya tahan kuat terhadap resiko resesi," jelasnya, Rabu (19/10/2022).

Bani mencontohkan saat ini volume ekspor yang sedang mengalami gangguan adalah dari China. Menghadapi kondisi tersebut, SMDR pun menghindari mengoperasikan kapal dari pelabuhan China.

Dia menyebut hingga kini volume dan produktivitas China terhambat dengan lockdown atau zero covid policy dari pemerintah China. Imbas kebijakan ini membuat produktivitas China lebih rendah dibandingkan dengan kondisi normal. Alhasil volume pengiriman dari china memang mengalami penurunan.

Sementara itu, Chief Economist Samudera Indonesia Initiatives Research Denny Irawan menilai ancaman resesi global tentunya menjadi salah satu risiko harus dipantau oleh pelaku. IMF telah menyampaikan bahwa ekonomi global diprediksi akan tumbuh sebesar 3,2 persen secara tahunan pada 2022 dan melambat menjadi 2,7 persen secara tahunan pada 2023.

Perlambatan ekonomi global ini juga diiringi oleh perlambatan volume perdagangan. IMF juga memprediksikan bahwa volume perdagangan dunia tumbuh sebesar 4,3 persen secara tahunan pada 2022 dan melambat menjadi 2,5 persen tahunan pada 2023.

Situasi ini, sebutnya, tentunya akan berdampak pada industri pelayaran global maupun domestik. Ekspektasi perlambatan volume perdagangan hingga pada 2023 akan mulai menurunkan demand industri pelayaran global, termasuk pelayaran Indonesia yang bergerak di bidang angkutan ekspor dan impor.

Sementara itu, industri pelayaran Indonesia yang bergerak di bidang angkutan perdagangan dalam negeri harus mencermati potensi penurunan produksi barang dalam negeri yang terdampak oleh penurunan impor bahan baku/barang modal. Hal ini dikarenakan volume produksi industri dalam negeri berpotensi terkena dampak lanjutan jika dibiarkan.

Dia menilai salah satu langkah antisipasi untuk industri pelayaran Indonesia yang bergerak di bidang ekspor dan impor adalah dengan segera mengamankan kontrak jangka panjang pengangkutan barang yang melibatkan mitra dagang utama Indonesia yang memiliki proyeksi perlambatan ekonomi hingga 2023.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper