Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Neraca Dagang Perkuat Stabilitas RI di Tengah Resesi Global

Sepanjang Januari hingga September 2022, surplus neraca perdagangan secara kumulatif mencapai US$39,87.
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (15/2/2022). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$4,99 miliar pada September 2022. Dengan perkembangan tersebut, neraca perdagangan Indonesia telah membukukan surplus selama 29 bulan beruntun.

Nilai ekspor Indonesia pada September 2022 tercatat mencapai US$24,80 miliar, sementara nilai impor tercatat sebesar US$19,81 miliar.

Sepanjang Januari hingga September 2022, surplus neraca perdagangan secara kumulatif mencapai US$39,87, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$25,10 miliar.

Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman menyampaikan bahwa surplus neraca perdagangan berpotensi menyempit ke depan, disebabkan oleh impor yang akan mengikuti ekspor di tengah percepatan pemulihan ekonomi domestik.

Dia memperkirakan impor akan mengalami peningkatan ke depan, terutama impor bahan baku dan barang modal, yang menyumbang sekitar 90 persen dari total impor.

Sementara itu, tren kenaikan sebagian besar harga komoditas kata Faisal terlihat tertahan di tengah meningkatnya kekhawatiran resesi global yang bersumber dari lonjakan inflasi sehingga dapat melemahkan permintaan global. 

“Hal ini memberikan risiko melemahnya kinerja ekspor. Namun, perlambatan ekspor dapat dibatasi di tengah kuatnya ekspor terkait hilirisasi nikel,” katanya dalam keterangan resmi yang dikutip Bisnis, Selasa (18/10/2022).

Namun demikian, Faisal mengatakan dengan berlanjutnya surplus neraca perdagangan pada September 2022, neraca transaksi berjalan Indonesia diproyeksi akan mencatat surplus pada tahun ini.

“Kami mempertahankan pandangan kami bahwa neraca transaksi berjalan tahun 2022 berpotensi mencatat surplus sekitar 0,45 persen dari PDB, lebih tinggi dari surplus pada 2021 sebesar 0,28 persen dari PDB,” katanya.

Faisal menambahkan surplus transaksi berjalan tersebut dapat mendukung stabilitas cadangan devisa dan nilai tukar rupiah pada tingkat tertentu, di tengah arus modal keluar yang disebabkan oleh normalisasi kebijakan moneter global yang agresif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper