Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri China Li Keqiang meminta para pejabat untuk lebih ketat menerapkan kebijakan guna meningkatkan pemulihan ekonomi negara tersebut menuju arah yang lebih naik.
Pernyataan tersebut diucapkan Li saat berbica dengan delegasi selama diskusi kelompok di kongres di Kongres Partai Komunis. Li juga mengarisbawahi beberapa janji Presiden China Xi Jinping dalam pidato pembukaan hari Minggu (16/10/2022).
Dikutip dari Bloomberg pada Selasa (18/10/2022), Li mengatakan pasar harus memainkan peran atau menentukan dalam mengalokasikan sumber daya. Hal tersebut penting untuk dilakukan karena negara tersebut berkomitmen untuk membuka ekonomi, mempromosikan persaingan yang adil di pasar dan meningkatkan mata pencaharian masyarakat.
Dia juga mendesak agar perekonomian China tetap berjalan dalam kisaran wajar, dan menyoroti pentingnya kualitasnya.
Pernyataannya, yang diterbitkan Senin malam (17/10/2022) oleh kantor berita Xinhua, muncul ketika otoritas statistik negara itu secara tak terduga menunda publikasi data produk domestik bruto kuartal ketiga. Data, yang mencakup indikator ekonomi bulanan utama lainnya, pada awalnya dijadwalkan untuk dirilis Selasa (18/10/2022).
Selain itu, para ekonom memperkirakan PDB China akan menunjukkan rebound pada kuartal III/2022 menjadi 3,2 persen setelah pertumbuhan mendekati nol pada periode April-Juni 2022.
Baca Juga
Angka tersebut masih akan menjadi pertumbuhan yang rendah untuk China, guna mencerminkan dampak ketatnya pengendalian virus Corona dan kemerosotan properti yang berkepanjangan terhadap perekonomian.
Sebelumnya, Dana Moneter Internasional atau IMF memproyeksikan bahwa China akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan, akibat gejolak global dan ekonomi domestik yang sedang menantang.
Berdasarkan dokumen World Economic Outlook pada Oktober 2022, IMF kembali menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China pada 2022 dan 2023. IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi China 2022 di 3,2 persen, turun dari proyeksi per Juli (3,3 persen) dan per April (4,4 persen).
IMF memang memproyeksikan bahwa pertumbuhan ekonomi China akan naik ke 4,4 persen pada 2023. Namun, angka itu direvisi dari perkiraan sebelumnya, yakni per Juli (4,6 persen) dan per April (5,1 persen).
Penyebaran Covid-19 masih menjadi persoalan serius bagi perekonomian Negeri Tirai Bambu. China menerapkan pembatasan ketat (lockdown) untuk mencegah penyebaran virus, sehingga berdampak terhadap aktivitas transportasi dan logistik, serta sangat memengaruhi perekonomian domestik.
China pun menghadapi krisis properti yang belum kunjung mereda. Risiko dari krisis itu cukup besar karena bisa merembet ke sektor lain, sehingga semakin memberatkan prospek ekonomi negara itu.