Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan tidak akan mendukung dorongan agar Dana Moneter Internasional (IMF) menggelontorkan alokasi dana cadangan untuk negara-negara anggota.
Yellen mengatakan AS sebagai pemegang saham terbesar IMF tidak mendukung alokasi dana cadangan IMF yang dikenal sebagai Special Drawing Rights (SDR) atau Hak Penarikan Khusus.
"Kami menimbang bahwa alokasi SDR baru belum tepat untuk saat ini," kata Yellen dalam pertemuan tahunan IMF, dilansir Bloomberg Sabtu (15/20/2022).
Sebelumnya, sekitar 140 organisasi di seluruh dunia meminta IMF untuk menerbitkan Special Drawing Rights (SDR) lagi senilai US$650 miliar untuk membantu negara-negara anggotanya yang berjuang menghadapi krisis ekonomi, seperti yang pernah dilakukan tahun lalu.
Dilansir dari situs resmi IMF, SDR adalah aset cadangan mata uang asing pelengkap yang ditetapkan oleh IMF pada 1969. Fungsi dari SDR adalah sebagai pelengkap untuk cadangan mata uang para negara anggota IMF.
Nilai dari SDR didasarkan pada 5 (lima) mata uang yaitu dolar AS, euro, renminbi, poundsterling dan yen.
Baca Juga
SDR berfungsi sebagai unit akun IMF dan beberapa organisasi internasional lainnya. SDR bukan merupakan mata uang, namun bisa ditukar dengan mata uang. SDR justru merupakan hak klaim atas mata uang anggota IMF yang dapat digunakan secara bebas.
Pada 23 Agustus 2021, IMF menggelontorkan SDR senilai US$650 miliar atau Rp9.300 triliun untuk negara-negara yang paling membutuhkan. Tujuannya dari alokasi SDR ini adalah untuk membantu keperluan cadangan dalam jangka panjang, serta membantu negara-negara yang terdampak Covid-19.
Alih-alih, Yellen menyarankan IMF menggelontorkan Dana Ketahanan dan Keberlanjutan IMF atau RST, yang menyediakan dana untuk mempersiapkan pandemi di masa depan, ketahanan energi, dan perubahan iklim.
“(RST) adalah cara yang tepat untuk mengatasi beberapa masalah yang dihadapi negara-negara berpenghasilan rendah,” kata Yellen.
Dia mengatakan pemerintahan AS telah meminta Kongres untuk mengizinkannya memberikan pinjaman senilai US$21 miliar kepada IMF untuk RST dan Dana Pengurangan Kemiskinan dan Pertumbuhan, tetapi belum menerima tanggapan.