Bisnis.com, JAKARTA- PT Gunung Raja Paksi Tbk (GGRP) meluncurkan Buku Panduan Strategi Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola ESG (Environmental, Social & Governance). Peluncuran itu sendiri, menjadikan GRP sebagai perusahaan baja terdepan di Asia Tenggara yang terus fokus pada ESG pada setiap lini bisnisnya.
General Manager Perencanaan & Keberlanjutan Perusahaan GRP Sheren Omega menjelaskan, peluncuran tersebut bertujuan mengatasi permasalahan perubahan iklim dan isu-isu sosial. Isu tersebut mencakup kesetaraan dan hak asasi manusia.
“Buku panduan ini sejalan dengan tekad GRP untuk mengubah pendekatan tradisional dalam industri yang menyumbang 8% dari emisi global. Untuk itu, kami bekerja sama dengan pakar industri untuk menilai lanskap baja di wilayah ini. Kami yakin dengan Buku Panduan Strategi ESG, kami diarahkan untuk mencapai produksi baja yang lebih berkelanjutan,” kata Sheren Omega, dikutip Jumat (14/10/2022).
Sheren menerangkan, Buku Panduan Strategi ESG menguraikan langkah-langkah kunci yang akan diambil perusahaan guna menuju produksi baja berkelanjutan. Hal ini didasarkan pada upaya yang sudah dilakukan GRP, seperti membuat produk yang telah disertifikasi oleh standar global dan pembelian kredit karbon.
Saat ini, lanjutnya, GRP bahkan tercatat sebagai salah satu produsen baja pertama di Asia Tenggara yang telah melakukan pembelian kredit karbon. “Buku Panduan Strategi ESG juga untuk memandu Departemen Keberlanjutan dalam melaksanakan tujuan dan visi misi perusahaan,” ujar Sheren.
Hingga saat ini, lanjutnya, GRP telah membangun tujuan ESG pada lima pilar. “Kelima pilar ini fokus pada upaya mendorong dan memberikan panduan tentang tindakan dalam memproduksi baja. Hal ini juga bertujuan untuk memitigasi dampak yang berasal dari perkembangan industri baja, seperti kekurangan bahan baku dan masalah rantai pasokan,” Jelas Sheren.
Baca Juga
Sementara itu, Presiden Direktur GRP Abednedju Giovano Warani Sangkaeng menambahkan, GRP memiliki misi untuk dekarbonisasi produksi baja dan mengurangi emisi gas rumah kaca di kawasan Asia Tenggara. Untuk itu, seiring meningkatnya permintaan baja, pihaknya juga bertanggung jawab memproduksi baja dengan cara yang meminimalkan kerusakan lingkungan.
Upaya ini sangat penting, mengingat baja menjadi komponen utama dalam ekspor Indonesia. “Untuk itu, kami harus memastikan bahwa produksi baja berkelanjutan menjadi hal utama bagi semua produsen baja. Kami berharap Buku Panduan Strategi ESG dapat membuka jalan ke depan untuk praktik terbaik dalam manufaktur baja,” tutup pria yang akrab dipanggil Argo.