Bisnis.com, SOLO - Alasan China terlihat setengah-setengah dalam membantu Rusia ternyata erat kaitannya dengan urusan ekonomi dan keuntungan global.
Seperti diketahui, hubungan antara China dan Rusia semakin dekat setelah Kremlin melakukan invasi ke Ukraina pada Februari 2022 lalu.
Tiongkok bahkan mengirim 2000 pasukan untuk berlatih di Rusia. Akan tetapi jika dilihat dalam delapan bulan ini, China tampak setengah-setengah dalam membantu Kremlin.
Sempat tersiap kabar jika militer Vladimir Putin banyak yang dipukul mundur tentara Ukraina. Adapula spekulasi jika Rusia sudah banyak kehilangan persenjataan di medan perang.
Namun, China tak terlalu menanggapi isu tersebut dengan mengirim bantuan seperti yang dilakukan AS kepada Ukraina. Mengapa demikian?
Dilansir dari Heritage.org, Rusia terkunci dalam perang yang membuat ekonominya babak belur oleh gelombang sanksi Barat.
Laporan tersebut menulis hahwa Rusia bukan lagi negara adidaya sejak melakukan invasi ke Ukraina.
GDP-nya diprediksi hanya menyentuh ngka $1,5 triliun yang kurang dari Provinsi Guangdong di China yang mencapai $1,8 triliun.
Kelemahan ekonomi ini membuat China berpikir matang jika berencana ingin berada di sisi Rusia dalam waktu yang lama.
China secara ekonomi penting bagi Rusia, namun tidak sebaliknya.
Rusia hanya menyumbang sebagian kecil dari perdagangan China (2 persen pada tahun 2021). Hubungan perdagangan Beijing dengan AS dan Eropa jauh lebih besar (26 persen pada 2021), menurut Trade Data Monitor.