Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang Korea Selatan merosot menjadi 1.400 won per dolar untuk pertama kalinya sejak 2009 setelah Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve atau The Fed kembali menaikkan suku bunga acuan sebesar 75 basis poin.
Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (22/9/2022) Kenaikan suku bunga ini menandakan kerugian lebih lanjut untuk mata uang pasar berkembang.
Won turun sebanyak 1 persen menjadi 1.409,56 per dolar pada hari Rabu, mengikuti mata uang Asia yang juga melemah.
Selain won, yuan juga merosot 0,3 persen menjadi menjadi 7,0995 per dolar, memasuki level rendah sejak 2020. Kemudian, baht Thailand turun 0,6 persen ke level terendah 16 tahun.
Ahli strategi mata uang Oversea-Chinese Banking Corp, Christopher Wong mengungkapkan khawatir dengan lingkungan makto negara berkembang.
"Saya khawatir situasi makro untuk negara berkembang Asia tidak terlihat menjanjikan, meski demikian Fed berhasil keluar lagi dari konflik Rusia dan terus meningkat," jelasnya.
Baca Juga
Anjloknya beberapa mata uang telah mendorong bank sentral untuk bangkit kembali.
Saat ini won telah jatuh lebih dari 15 persen tahun ini, menjadikannya mata uang Asia dengan kinerja terburuk selama periode tersebut.
Sebagaimana diketahui, rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang berlangsung 20-21 September 2022 memutuskan kenaikan kisaran suku bunga acuan Fed Fund Rate 75 basis poin menjadi 3–3,25 persen.
Dengan keputusan ini, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan 75 basis pada pertemuan ketiga berturut-turut, sekaligus merupakan langkah pengetatan paling agresif sejak Paul Volcker memimpin The Fed pada awal 1980-an.
Sementara itu, median prospek kenaikan suku bunga oleh pejabat The Fed, atau yang disebut dot plot, menunjukkan suku bunga acuan naik menjadi 4,4 persen pada akhir tahun, naik dari proyeksi pada Juni sebesar 3,4 persen.
Adapun proyeksi suku bunga untuk akhir tahun 2023 tetap pada 4,6 persen. Dot plot pada akhir tahun 2024 naik menjadi 3,9 persen dari 3,4 persen, sedangkan prospek suku bunga acuan jangka panjang tetap pada 2,5 persen.
Dalam pernyataan setelah keputusan suku bunga acuan, FOMC menekankan bahwa mereka sangat memperhatikan risiko inflasi. Bank sentral juga menegaskan akan mengantisipasi bahwa kenaikan berkelanjutan dalam kisaran target akan sesuai.
“Kami berkomitmen kuat untuk mengembalikan inflasi ke target 2 persen," demikian pernyataan FOMC.