Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja ekspor pada Agustus 2022 diproyeksi melambat, disebabkan oleh turunnya permintaan dari negara mitra dagang Indonesia.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan nilai ekspor pada Agustus 2022 akan mencapai US$24,9 miliar, meningkat sebesar 16,09 persen secara tahunan, lebih rendah dibandingkan dengan bulan sebelumnya sebesar 32 persen secara tahunan.
“Perlambatan laju ekspor dipengaruhi oleh potensi penurunan volume ekspor terindikasi dari penurunan aktivitas manufaktur [PMI Manufaktur] dari mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat, Eropa, China dan Jepang,” katanya kepada Bisnis, Rabu (14/9/2022).
Di samping itu, Josua mengatakan harga komoditas ekspor Indonesia secara rata-rata pada Agustus mencatatkan penurunan, seperti batu bara sebesar 0,84 persen, karet alam 6,44 persen, bijih besi 2,47 persen secara bulanan.
Sementara itu, beberapa komoditas lainnya mencatatkan kenaikan harga, seperti CPO sebesar 1,68 persen dan nikel 2,61 persen secara bulanan.
Dari sisi impor, Josua memperkirakan nilai impor pada Agustus 2022 akan mencapai US$21,2 miliar, meningkat 26,95 persen secara tahunan dari bulan sebelumnya 39,8 persen secara tahunan.
Baca Juga
Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh impor migas yang diperkirakan turun. Hal ini terindikasi dari harga minyak mentah yang secara rata-rata lebih rendah pada Agustus 2022 dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
“Sementara itu, impor non-migas diperkirakan meningkat terindikasi dari peningkatan aktivitas manufaktur domestik,” katanya.
Dengan perkembangan ini, Josua memperkirakan neraca perdagangan pada Agustus 2022 akan membukukan surplus sebesar US$3,7 miliar, turun jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mencapai US$4,22 miliar.
Senada, Ekonom Bank Mandiri Faisal Rachman memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Agustus 2022 akan mencapai US$3,69 miliar.
Dia memperkirakan ekspor pada Agustus 2022 akan tumbuh 19,19 persen secara tahunan atau turun 0,10 persen secara bulanan.
“Hal ini terutama disebabkan oleh penurunan harga CPO, meredanya kenaikan harga batubara, dan melambatnya volume perdagangan global,” katanya, Selasa (13/9/2022).
Di sisi lain, dia memperkirakan impor Indonesia pada Agustus 2022 akan tumbuh sebesar 30,99 persen secara tahunan atau 2,35 persen secara bulanan.
"Saya memperkirakan surplus barang dalam neraca transaksi berjalan cenderung menyempit ke depan, dikarenakan impor yang menguat dan menyusul kinerja ekspor, seiring dengan pemulihan ekonomi," kata Faisal.