Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meresmikan hunian Kampung Susun Kunir, Kec. Taman Sari, Jakarta Barat pada Sabtu (10/9/2022) lalu. Hunian tersebut memiliki sejumlah keistimewaan mulai dari fasilitas untuk lansia dan disabilitas hingga Galeri Kunir.
Untuk diketahui, Kampung Susun Kunir ini akan dimanfaatkan oleh 33 Kepala Keluarga (KK) eks warga Kampung Kunir yang terdampak penertiban jalan inspeksi Sungai Anak Kali Ciliwung pada 2015.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menerangkan sejumlah fasilitas pendukung pada bangunan tersebut. Salah satunya yaitu adanya unit dengan spot untuk lansia dan ramah untuk disabilitas.
"Setiap pembangunan harus bisa mempertimbangkan aspek kemanusiaan bagi masyarakat di lokasi. Kita melaksanakan pembangunan sesuai prosedur dengan pembahasan yang panjang," kata Anies, dikutip Senin (12/9/2022).
Bangunan ini terdiri dari 1 blok, 4 lantai, 1 lantai semi basement dengan 33 unit hunian seluas 36 meter persegi. Setiap unit memiliki ruang keluarga, 1 kamar tidur, kamar multifungsi, kamar mandi, dapur dan balkon.
Kampung Susun Kunir berdiri di atas lahan seluas 860 meter persegi. Lahan tersebut tercatat sebagai aset Kantor Kecamatan Taman Sari seluas 4.963 meter persegi.
"Kawasan ini unik karena berada di kawasan Kota Tua, kawasan budaya dan banyak peninggalan masa lalu di Jakarta yang menjadikan Kampung Susun Kunir memiliki keunikan tersendiri," jelasnya.
Bahkan dekat dengan dua landmark utama Kota Tua yaitu Stasiun Kota dan Taman Fatahillah. Pembangunannya juga merupakan bagian dari integrasi program JAKHABITAT untuk menghadirkan hunian berkualitas dan terjangkau untuk masyarakat.
Adapun sarana prasarana yang tersedia yaitu ruang usaha warga, ruang serbaguna/aula, pos komunitas, pos ronda, area parkir motor, ruang terbuka hijau, serta dilengkapi Galeri Kunir sebagai sarana pelestarian peninggalan cagar budaya.
Kepala Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman (DPRKP) DKI Jakarta Sarjoko mengatakan untuk menghormati sejarah, Kampung Susun Kunir dilengkapi dengan Cagar Budaya berupa Galeri Kunir di lantai semi basement.
"Ruang ini hadir sebagai galeri permanen temuan arkeologi di tempat ini. Beberapa artefak fitur adalah umpak yang tertanam, yang telah hilang, dan yang telah diangkat untuk dapat diteliti lebih lanjut," kata Sarjoko.
Ruang galeri ini juga dapat dimanfaatkan sebagai titik temu kreativitas warga dan para kolaborator. Dalam proses penggalian dan pendokumentasian, proyek ini melibatkan warga Kunir dan arkeolog Universitas Indonesia (UI) Cecep Eka Permana.
"Ruang ini dapat menjadi ruang pameran, lokakarya, nonton bareng, kegiatan seni, residensi, pertunjukan musik, tempat pernikahan, arisan, tujuhbelasan, dan lain-lain. Kesempatan kolaborasi terbuka untuk semua pihak di area yang bersejarah ini," jelasnya.
Sarjoko juga menjelaskan bahwa proyek tersebut berada di atas jalur batu karang yang diduga merupakan pondasi tembok luar Batavia. Dengan demikian perlu adanya perubahan desain.
Tim Sidang Pemugaran (TSP) memberi rekomendasi perlu diadakan ekskavasi kembali di lahan tersebut yang kemudian menghasilkan penemuan 13 umpak Obyek Diduga Cagar Budaya (ODCB). Penemuan tersebut kini ditampilkan dalam Galeri Kunir.